Malang, PERSPEKTIF – Mengacu pada Surat Edaran (SE) Rektor Nomor 7636/UN10/TU/2022 yang dikeluarkan pada 17 Juni lalu mengenai rencana pembelajaran tatap muka di Universitas Brawijaya (UB), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) menyiapkan teknis perkuliahan semester ganjil (2022/2023) secara luring (luar jaringan).
Wakil Dekan (WD) I FISIP UB, Muhammad Faishal Aminuddin mengatakan bahwa skenario protokol kesehatan secara hybrid maupun luring terbatas memang sudah mulai disiapkan sejak awal. Ia juga menambahkan persyaratan bagi sivitas akademika yang akan melaksanakan luring adalah minimal mendapatkan vaksinasi paling tidak dua kali. Semua ketentuan akan diatur secara teknis dalam waktu dekat dan disampaikan kepada mahasiswa.
Faishal kemudian menambahkan bahwa perkuliahan luring tidak bisa berjalan sepenuhnya sebagaimana kondisi normal sebelum pandemi. Oleh karena itu, luring yang dimaksud tetap mengacu pada beberapa ketentuan dan ada sedikit pembatasan.
“Terkait dengan persentase berapa yang bisa masuk secara luring karena kita masih belum bisa berani untuk memastikan bahwa semua mahasiswa akan ditampung sesuai dengan kapasitas kelas, misalnya pada suatu mata kuliah ada 40 orang maka tidak semua masuk, tapi kita coba berhitung kalau ketentuan perkuliahan hybrid dulu adalah 10-15% dari kapasitas kelas maka kita akan tingkat kan lagi menjadi mungkin antara 50-60 kelas,” ujarnya saat diwawancara oleh Tim Perspektif (4/7).
Terkait metode pembelajaran, menurut Dewanto Putra Fajar, dosen Ilmu Komunikasi UB mengatakan tidak ada yang berbeda antara daring dan luring selain media pembelajarannya.
“Kami para dosen itu juga tetap mempersiapkan perkuliahan sebagaimana biasa. Mempersiapkan yang paling utama, pertama menyiapkan Rencana Pembelajaran Semester (RPS), kemudian updating materi perkuliahan, persiapan menjelang rencana uts/uas dan hal hal lain yang sebetulnya bagi dosen itu merupakan hal yang rutin dilakukan, jadi secara umum tidak ada perbedaan apakah kuliah itu daring ataupun luring,” tutur Dewanto (23/6).
Menanggapi surat edaran tersebut, Lella Martha Meilana mahasiswa psikologi UB angkatan 2020 mendukung keputusan rektor mengenai PTM ini agar pembelajaran dapat berjalan maksimal.
“Saya selalu berharap kuliah offline benar akan terlaksana karena memang pada dasarnya kuliah memang harus dilakukan tatap muka agar pembelajaran maksimal,” tutur mahasiswa semester 4 tersebut (23/6).
Berbeda dengan Lella, Ghifari Zaka mahasiswa Hubungan Internasional angkatan 2021 memiliki dua jawaban antara setuju dan tidak tergantung bagaimana kondisi pandeminya.
“Saya memiliki dua jawaban antara setuju dan tidak. Setuju karena saat daring interaksi kurang dan juga materi banyak yang tidak paham jadinya bingung juga. Namun jika kondisi yang masih belum memungkinkan untuk melakukan kegiatan luring saya juga tidak setuju karena itu mempengaruhi hampir seluruh aspek yang ada di perkuliahan,” ungkapnya (23/6). (arl/uaep)