Malang, PERSPEKTIF – Universitas Brawijaya (UB) luncurkan layanan Whistleblowing System (WBS) untuk menanggulangi laporan penipuan atau kecurangan saat masa seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pada tahun ini. Namun, sosialisasi yang kurang masif menyebabkan layanan ini masih kurang efektif.
Heri Prawoto selaku Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik UB menyatakan bahwa layanan pengaduan penipuan dan kecurangan sebenarnya sudah ada dari tahun-tahun sebelumnya melalui website Selma UB, tapi tidak disebarkan secara umum.
“Dengan adanya link di WBS UB itu untuk memberikan pintu lah bagi yang mendapatkan informasi bahwa ada sesuatu terjadi di UB, kami sangat senang kalau ada yang melaporkan […] baik orang tua, calon mahasiswa, maupun mahasiswa di Universitas Brawijaya,” ujarnya (20/4).
Berkaitan dengan sosialisasi, Heri mengaku masih belum maksimal karena UB baru menggalakan layanan WBS pada tahun 2022 ini. Namun, ia berharap agar para orang tua dan calon mahasiswa untuk senantiasa mencari informasi resmi tentang seleksi masuk lewat website Selma UB karena pihak kampus tidak bertanggungjawab jika mendapatkan informasi di luar website tersebut.
Sementara itu, dosen Ilmu Komunikasi UB, Arif Budi Prasetya menjelaskan bahwa kurang maksimalnya sosialisasi terkait layanan WBS UB dikarenakan pandemi dan akses teknologi yang belum dimanfaatkan secara efektif. Oleh karena itu, ia menyarankan agar penyebaran informasinya dilakukan lewat media konvensional saja seperti televisi, koran, majalah, dan buletin.
“Ditambah dengan media digital, sosial media, dan yang terakhir adalah kehadiran orang secara langsung,” lanjut Arif (20/4).
Terkait keefektifan layanan ini, ia menanggapi bahwa WBS UB dirasa masih perlu waktu dan penentuan indikator pada efektivitas penanganan kasusnya. Namun, sejauh ini layanan pengaduan WBS UB dapat dijadikan upaya untuk lebih waspada.
“Setidaknya dengan adanya forum pengaduan itu kita sudah bisa mengidentifikasi permasalahan, di mana solusi yang kemudian bisa kita siapkan seperti apa. Dan yang paling penting adalah bagaimana masyarakat itu memahami dan kita bisa mensosialisasikannya dengan lebih baik,” jelasnya. (arl/prd/los)