Oleh : Zulfikar Hardiansyah
Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) merupakan kegiatan yang selalu ada untuk dilalui mahasiswa yang baru masuk di kampus. OSPEK acap kali menjadi momok bagi mahasiswa baru. Hal ini dikarenakan OSPEK sendiri yang pada dasarnya diselenggarakan untuk mengenalkan mahasiswa baru dengan lingkungan kampus, dilakukan secara berlebihan. Kegiatan pengenalan kampus dalam rangkaian OSPEK ini masih saja terdapat hal-hal yang njlimet tidak penting dan bahkan cukup membuat mahasiswa baru terlihat konyol. Padahal mereka hanya ingin berkenalan dengan tempat baru untuk mengemban ilmu. Hal-hal yang njlimet itu tadi seperti terdapat penugasan yang harus dikerjakan secara mendetail dan sesempurna mungkin, memang terdengar sekilas adanya penugasan itu cukup bagus dalam membangun sikap mahasiswa baru. Tetapi, apabila kemudian acara kenalan ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama, tentunya akan dapat mengganggu hasil belajar dalam perkuliahan. Tugas kuliah sudah banyak ditambah tugas untuk sekedar berkenalan yang tidak ingin kalah saingan. Seorang mahasiswa sudah seharusnya memiliki kemampuan untuk mengatur waktu dengan baik, tetapi tidak kalah penting juga bahwa mahasiswa juga harus mampu membedakan antara tugas yang “dipenting-pentingkan” dan tugas yang penting dilakukan untuk menunjang kesuksesan perkuliahan. Terkadang juga dalam perkuliahan telah disampaikan jauh lebih baik mengenai esensi penugasan yang akan dilakukan. Jadi penulis sering berpikir untuk apa ada OSPEK jika penyelenggaraannya berlebihan. Itu masih berkaitan dengan hal-hal njlimet, kegiatan kenalan dalam OSPEK juga sering membuat mahasiswa tampak polos dan konyol, seperti pakaian dan atribut yang dikenakan tidak seperti biasanya orang pergi ke kampus. Ada yang memakai slayer seperti pahlawan super agar tampak tangguh. Ada juga yang memakai penunjuk nama sebesar plat kendaraan bermotor digunakan selama di kampus, gunanya apabila melakukan kesalahan bisa ditilang di depan umum. Hal yang dipaparkan di atas berdasar pengalaman penulis sendiri dan curhatan kawan ketika mengikuti kegiatan berkenalan yang berlebihan ini. Padahal berkenalan di kehidupan sehari-hari tidak pernah sesulit ini, bisa saja sulit ketika yang diajak berkenalan merasa lebih baik dan sombong untuk menerima orang baru dengan apa adanya tidak berlebihan.
OSPEK ini didukung juga dengan panitia penyelenggara atau kakak panutan yang tingkahnya juga ikut berlebihan dalam menyambut kenalan dari mahasiswa baru. Kakak panutan ini seringkali merasa menjadi manusia paling sempurna. Jika terdapat kesalahan kecil pada prosesi perkenalan ini langsung dihardik. Pelototan mata mereka bagaikan mata tokoh anime sasuke yang dapat melihat segala jenis kesalahan-kesalahan kecil. Kakak panutan ini bertujuan mengarahkan mahasiswa baru agar bersikap baik dan menjadi penegak aturan dalam acara perkenalan. OSPEK dengan adanya dukungan tingkah laku berlebihan dari kakak panutan tersebut menjadi hari penghakiman untuk mahasiswa baru. Mahasiswa baru dianggap masih polos dan masih membutuhkan hardikan mereka. Apabila mahasiswa baru bersikap bandel maka ancaman ketidaklulusan di depan mata, dengan dampak kehidupan perkuliahannya akan hancur.
Kakak panutan ini mengajarkan hal-hal yang ideal untuk dilakukan mahasiswa agar menjadi seperti ksatria yang tangguh, seperti mahasiswa itu sebagai agent of change, yang dapat membawa perubahan dan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial. Tetapi, kakak panutan yang sempurna ini lupa untuk mengajarkan satu sikap utama yang selalu mereka lakukan di tiap kehidupan kampus pada mahasiswa baru dan manjur untuk menyelesaikan semua permasalahan. Sikap tersebut adalah kompromi, sikap ini sebenarnya sangat diperlukan untuk mencapai perdamaian ketika sangat sulit terjadi kesepakatan dan sering terjadi konflik. Sikap ini sering digunakan kakak panutan untuk mencapai kesepakatan dengan kakak panutan yang lain walaupun menabrak aturan yang telah mereka buat sendiri yang penting adalah semua senang, damai, semua kepentingan tercapai, dan tidak perlu menghabiskan uang serta tenaga untuk menegakkan kebenaran. Seandainya sikap kompromi diajarkan pada mahasiswa baru, OSPEK akan lebih terasa damai dan ceria. Sehingga ketika mahasiswa baru pulang dari kegiatan OSPEK tidak diwarnai hati dongkol dengan sumpah serapah atau umpatan pada kakak panutan. Sayang sekali sikap kompromi tidak ditunjukkan dan diajarkan dalam prosesi kenalan pada kegiatan OSPEK. Penulis merasa kakak panutan ini tidak mengajarkan sikap tersebut karena mereka ingin mengajarkan bahwa mahasiswa harus mampu menegakkan kebenaran walau terasa sulit. Sungguh acara perkenalan yang berlebihan.
Penulis berpesan agar mahasiswa yang sedang menjalani prosesi perkenalan dalam kegiatan OSPEK tetap sabar dan biasa saja. Jangan sok kritis, jangan membangkang, apalagi mencari kebenaran esensi kegiatan OSPEK dan yang terakhir jangan bangun kesiangan. Padahal kakak panutan jika mencari kelas hampir sebagian besar memilih kelas siang hehe. Maka kalian akan lulus berkenalan dengan selamat. Semoga tuhan dan semesta menguatkan akting kalian.
penulis merupakan Mahasiswa Hubungan Internasional FISIP UB Angkatan 2016