Lompat ke konten

Terkendala Poses Pembuatan, Tiga Fakultas Belum Peroleh KTM

Tampak belakang Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) angkatan 2017 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB).

Malang, PERSPEKTIFMahasiswa Universitas Brawijaya (UB) angkatan 2017 belum sepenuhnya mendapat Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Hingga saat ini terdapat tiga fakultas yang belum menerima KTM yaitu Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), serta Program Pendidikan Vokasi.

“Jadi kebetulan KTM yang terlambat itu kerja samanya dengan Bank Central Asia (BCA). Hanya dari BCA, BCA buat KTM untuk Fapet, MIPA, dan Vokasi. Jadi itu saja yang terlambat,” jelas Hafidz Assad, Menteri Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (Advokesma) Eksekutif Mahasiswa (EM).

Menurut Hafidz terdapat dua penyebab keterlambatan pembagian KTM di tiga fakultas tersebut yaitu perubahan desain dan proses pembuatannya di Singapura. Pada tahun 2017 lalu pihak BCA telah membuat desain kartu tetapi tidak sesuai keinginan rektorat. Sehingga harus dilakukan revisi pada bagian sensor KTM. “Kedua kendalanya adalah KTM dari BCA  itu dibuat di Singapura. Karena diproses di luar negeri maka ada proses pengiriman dan lain sebagainya menyebabkan terlambat,” terang Hafidz.

Saat ditemui di ruanganya Agus Yuliawan, Kepala Bagian Akademik dan Pembelajaran UB mengungkapkan keterlambatan berasal dari pihak BCA. “Dari banknya (red: keterlambatan), jadi BCA itu kebagian MIPA, Peternakan sama Vokasi,” ungkap Agus.

Agus menambahkan universitas sudah memberi surat peringatan pada pihak bank. Apabila pembuatan KTM tidak kunjung diselesaikan, UB akan mengganti BCA dengan bank yang lain.

Menanggapi keterlambatan pembagian KTM, Muhammad Nur Dzakki, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (MIPA), merasa kesusahan karena masih harus menggunakan KTMS (Kartu Tanda Mahasiswa Sementara). “Kalau dampak yang agak kurang menyenangkan itu tentunya KTM dibawa ke mana-mana. Kalau untuk KTMS itu kertas lebih besar kalo kertas dilipet-lipet susah juga,” ungkap Dzakki.

Sedikit berbeda dengan Dzakki, Nadia Sofia, mahasiswa Perpajakan Program Pendidikan Vokasi, tidak terlalu mempermasalahkan keterlambatan ini. “Sebenarnya aku biasa aja, soalnya nggak cuma fakultasku ya. Susahnya itu aku masih pake KTMS, nah KTMS kan gede lembaran gitu jadi susah dibawanya. Kadang juga lupa bawa, kalau udah dapet KTM enak tinggal taroh di dompet,” ungkapnya.

Lebih lanjut lagi Hafidz mengatakan bahwa KTM masih dalam perjalanan dari Singapura. Diperkirakan tanggal 28 atau 29 April sudah tiba di Indonesia. (dip/liz/ptr)

(Visited 1,212 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?