Malang, PERSPEKTIF – Sebanyak 32 mahasiswa baru difabel mengikuti acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Universitas Brawijaya (PKKMU) Universitas Brawijaya (UB) tahun 2017. Jumlah ini meningkat drastis dari tahun lalu, yakni sebanyak 15 mahasiswa difabel. Hal ini dituturkan oleh Slamet Tohari, selaku Humas Panitia Seleksi Program Khusus Penyandang Disabilitas (SPKPD) 2017.
“Tahun ini yang mendaftar ada 67 orang, yang diterima ada 32 orang. Ada peningkatan drastis dari tahun lalu,” ungkapnya. Jumlah itu, kata Slamet, masih akan bertambah, mengingat ada beberapa mahasiswa difabel yang masuk melalui jalur lainnya.
PSLD (Pusat Studi Layanan Disabilitas) juga telah melakukan peningkatan kualitas layanan, dalam menyambut mahasiswa baru selama Rangkaian Jelajah Almamater (Raja) Brawijaya tahun ini. UB telah menyediakan mobil khusus untuk mahasiswa disabilitas guna memudahkan mobilisasi mahasiswa baru.
“Jadi, bagi mahasiswa yang menggunakan kursi roda, bisa naik dengan mudah. Mobil itu tidak hanya digunakan selama rangkaian Raja Brawijaya saja, tetapi juga digunakan untuk kegiatan perkuliahan mahasiswa, contohnya kalau ada perkuliahan malam dan tidak ada angkot, mobilnya bisa dipakai untuk mengantar pulang mahasiswanya,” tambah Slamet yang merupakan Sekretaris PSLD itu.
Tidak hanya itu, PSLD juga akan melaksanakan kegiatan Capacity Building untuk meningkatkan manajemen diri mahasiswa difabel, yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2017.
“Jadi pada acara Capacity Building nanti, kita akan mengajarkan bagaimana mahasiswa yang menyandang disabilitas dapat mengatur waktu kuliah mereka, bagaimana mereka bisa tahu manajemen diri sendiri agar dapat membiasakan diri dengan lingkungan. Kegiatan itu rutin dilaksanakan setiap tahunnya,” ungkap Tohari.
Sementara itu, untuk membantu mahasiswa difabel dalam mengikuti ketiatan PK2MU dan PK2MABA, PSLD juga telah mengerahkan volunteer untuk mendampingi mahasiswa difabel selama rangkaian acara tersebut.
“Kalau untuk jumlah volunteer yang terdata, kami akan mengerahkan sekitar 37 orang untuk mahasiswa baru, data terbaru sekitar 40 orang yang sudah masuk melalui SPKPD. Kemungkinan ada tambahan mahasiswa difabel yang masuk melalui jalur selain SPKPD,” ungkap ketua volunteer, Ghani Ilham.
Ia menyatakan, jumlah volunteer tersebut telah cukup untuk mengakomodasi seluruh mahasiswa baru disabilitas, terutama untuk yang tuna rungu. “Semua maba yang tuna rungu akan dikumpulkan jadi satu kelompok tersendiri dan mendapatkan satu penerjemah,” ungkap mahasiswa Pertanian itu.
Jumlah mahasiswa penyandang tuna rungu sendiri tahun ini ada sekitar 14-15 anak. Jumlah ini merupakan jumlah terbanyak daripada mahasiswa dengan penyandang disabilitas lainnya.
Terkait dengan orangtua yang mengantar mahasiswa yang mengalami disabilitas, Ghani menerangkan bahwa mahasiswa akan didampingi langsung oleh pendamping dari PSLD, sehingga orangtua mahasiswa tidak perlu ikut sampai mengantarkan.
“Orangtua hanya cukup mengantarkan sampai gerbang saja, selanjutnya kami akan mendampingi selama acara. Terkait dengan pendampingan, kami juga sudah bekerja sama dengan panitia Raja Brawijaya, sehingga kita nanti juga akan tahu, siapa saja mahasiswa yang belum mendapatkan pendampingan,” pungkasnya. (kmb/zza/crn)