Malang, PERSPEKTIF – Laboratorium Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) mengadakan diskusi bedah buku “Salju di Aleppo” pada Jumat (5/5).
Rencananya diskusi bedah buku “Salju di Aleppo” akan diadakan di FISIP UB, namun lokasinya diubah ke Kafe Pustaka Universitas Negeri Malang (UM), Karena mendapat tentangan dari pihak rektorat.
Diskusi bedah buku ini selain menghadirkan penulis buku “Salju di Aleppo” yaitu Dina Y. Sulaeman, juga menghadirkan pembicara lainnya yaitu Siti Mutiah Setiawati yang merupakan dosen HI Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Ahmad Atho Lukman dari Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengurus Besar Nadhatul Ulama (LAKPESDAM PBNU).
Secara umum dalam diskusi ini, Dina Sulaeman menyampaikan tentang isi buku “Salju di Aleppo” dimana dalam buku tersebut dibahas bagaimana peran sebuah media dapat digunakan sebagai alat untuk mengorganisir gerakan politik yang dampaknya sangat masif.
Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa dalam buku yang ditulisnya tersebut, media juga dapat merekayasa sumber berita berupa foto dan video yang mengatasnamakan penduduk Suriah untuk memberikan keuntungan pada pihak tertentu.
“Problemnya disini terjadi manipulasi informasi yang sangat masif. Mengapa kok orang dari 100 negara di dunia mau datang. Meninggalkan negaranya untuk berperang dan resikonya mati. Saya melihat penyebab utamanya karena manipulasi informasi yang masif. Jadi orang dibuat marah karena adanya foto-foto saudara kita sedang dibantai di Suriah,” tuturnya.
Dina Sulaeman juga menyampaikan bahwa hal tersebut dapat terjadi karena muncul dan beredarnya berbagai foto dan video yang menampilkan kondisi penduduk Suriah. Beliau juga mengatakan bahwa foto dan video tersebut kaitannya dengan Suriah namun dilabeli dengan caption baru yang menggambarkan kondisi Suriah.
“Saya bahkan sampai mengumpulkan 123 halaman yang berisi foto-foto dan video-video yang dimanipulasi. Misalnya, ini kejadiannya di Irak dan menampilkan orang Irak yang menjadi korban tank Amerika, kemudian di-post ulang dan diberi caption baru,” terangnya.
Selain foto-foto manipulatif tersebut, Dina Sulaeman juga menyampaikan adanya stage video. Menurut beliau, video-video ini cukup rumit untuk diperiksa keasliannya karena video ini sengaja diproduksi.
Ia menambahkan masyarakat dapat mengkonfirmasi keaslian foto dan video yang banyak beredar di internet dan media sosial melalui google images, karena setiap foto yang pernah diunggah ke internet, datanya tidak akan pernah hilang.
Sedangkan Siti Mutiah yang juga menjadi pembicara dalam diskusi bedah buku ini menyampaikan bahwa buku ”Salju di Aleppo” memiliki kualitas konten yang sangat bagus dan informatif. Ia juga menyampaikan bahwa buku ini memberikan perspektif yang berbeda dalam memandang konflik Suriah.
“Dalam buku ini banyak info tambahan yang dapat memberi pengetahuan karena saya juga menjadi paham bagaimana sulitnya bagi orang awam untuk bereaksi dengan situasi di Timur Tengah,” ucapnya.
Selain itu, Siti Mutiah juga menyampaikan bahwa adanya dilema dalam masyarakat Indonesia ketitka menanggapai konflik yang terjadi di Timur Tengah. Masyarakat awam Indonesia cenderung lebih menonjolkan solidaritas secara agama dibandingkan dengan solidaritas secara bangsa atau negara.
“Contohnya ketika HAMAS di bom oleh Israel, April 2009, bertepatan dengan gempa bumi di Papua. Banyak kritikan muncul ke umat islam mengapa kok malah banyak yang pergi ke Gaza untuk memberikan bantuan rumah sakit waktu itu,” jelasnya.
Sedangkan Ahmad Atho Lukman menambahkan bahwa permasalahan yang sedang terjadi di konflik Suriah ini sangat beragam, dan buku “Salju di Aleppo” ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang terpercaya untuk memahami konflik yang sedang terjadi di Suriah. (suf/lta)