Malang, PERSPEKTIF – Diskusi Ngotak-Ngatik (Ngobrol Pintar dan Asik Tentang Politik) dengan tema “Sosial Media: Dari Tagar hingga Cyber War” diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOLITIK) pada (5/4), bertempat di belakang gazebo gedung A Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB).
Fajar Shodiq Ramadlan, dosen Ilmu Politik dan Aji Prasetyo, budayawan, hadir sebagai pemateri dalam diskusi tersebut.
Juliansyah, Ketua Pelaksana diskusi, mengutarakan alasan mengambil tema tersebut, karena ia menilai masyarakat sekarang banyak menghabiskan waktu di sosial media. Sosial media saat ini tidak hanya sekedar ruang berinteraksi, namun juga sebagai fenomena karena isu-isu yang muncul belakangan ini, khususnya di Indonesia.
“Di sini kita melihat sosial media itu unik, bisa digunakan buat hal-hal seperti itu. Kedua berangkat dari keperihatinan, seperti di mana banyak hoax yang dilakukan di sosial media ini yang bertujuan melakukan propaganda politik, yang memprihatinkan itu banyaknya masyarakat gampang terpengaruh dengan seperti itu,” terangnya.
Di sisi lain, Aji Prasetyo mengatakan bahwa, zaman sekarang sudah beda, dengan kemudahan teknologi dan informasi. Masyarakat banyak yang belum bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya, sehingga hal tersebut nantinya dapat menimbulkan konflik di masyarakat.
“Untuk bersosial media maka apapun dan kapanpun dapat kita lakukan dan tidak semua orang siap dengan itu, kita belum bisa menempatkan akun sosmed kita yang betul-betul bisa dibaca orang namun malah kita sebarkan hal yang bersifat pribadi. Oleh karena itulah tanda bahwa kita belum siap untuk bersosial media.” jelasnya.
Sementara Mohammad Fajar berpendapat, mengusai informasi tidak hanyak menguasai serta mengumpulkan informasi tapi juga memproduksi informasi. Dengan mencari fakta dan dibungkus sedikit menjadi informasi. Padahal menurutnya fakta itu luas.
“Banyak akun-akun yang dibuat untuk membahas sesuatau yang tidak benar namun dilakukan secara berjamaah dan hal tersebut sangat membahayakan masyarakat,” pungkas dosen Ilmu Politik tersebut. (ayu/lta)