Oleh: Apriatni Nur K.*
Negara ini bertransformasi menjadi layaknya panggung sandiwara
Manusia-manusia berebut mendapatkan peran terbaik dengan topeng yang dikenakan
Bahkan berlaga layaknya Tuhan bagi yang lain
Penempatan diri yang salah, pemilihan peran yang tidak tahu diri
Menjadikan dirinya superior dan berakhir merendahkan kaum yang lain
Terlena, melupa, kemudian menghilangkan perasaan kemanusiaan dalam dirinya
Mereka menyebut dirinya Tuan, bertingkah layaknya Tuhan hanya karena berlembar kertas berangka
Membuat justifikasi pembenaran tindakan ketidakadilan dengan kuasa mereka yang slalu dibanggakan
Pemaknaan atas diri sendiri yang penuh arogansi menjengkelkan
Tuan, anda bukanlah Tuhan
Tuhan yang kami percayai penuh belas kasih dan penyayang
Bukan Tuan yang penuh pamrih dan menempatkan nasib hidup kami pada ambang keterpurukan
Tuan, anda tidak sedikitpun mendekati-Nya
Tuhan yang kami tahu, Dia Maha Besar dan Maha Kuasa
Tuan? Hanya kebesaran ego dan nafsu berkuasa untuk menindas kaum kami yang Tuan miliki
Tuan, anda bukanlah Tuhan yang Maha Pemberi, memberi rezeki pada kami tanpa kompensasi
Janjikan kami kesejahteraan, namun menguap kemudian setelah kau mendapatkan peran
Kau beri kami upah tak seberapa, namun hilang mata pencaharian kami yang hanya sebidang sawah
Tuan, Tuhan yang kami tahu Maha Mengetahui dan Maha Pendengar
Mengapa Tuan mencoba mengalihkan pandangan dan menutup telinga pada keadaaan dan jeritan kami?
Kami tercekik karena kebijakan yang tak memihak, kami terus berkoar berjuang untuk hak-hak kami
Perlukah Tuan kami ingatkan pengorbanan kami?
Lihatlah perut gendut Tuan. Bukti kerja keras atas mata pencaharian kami yang Tuan rendahkan nilainya
Tengoklah beton-beton menggusur dan menghilangkan harta kami. Kau untung, kami mati perlahan
Tuan, kami memang hanya buruh tani yang kau rendahkan derajatnya
Berhentilah menjadikan negara ini sebagai neraka dan arena penyiksaan bagi kami
Kami takkan terus menerus diam, Tuan
Kini kami ada di ujung tanduk atas kemiskinan, kini kami ada di ujung kesabaran atas ketidakadilan
Kami tak lagi pasrah dan diam tanpa perlawanan.Kami tak ber-Tuan, tak sudi sebut lagi panggilan itu
Jangan jadikan kami lawan, karena kami tak akan diam.
Tentang penulis: Penulis merupakan mahasiswi Hubungan Internasiona angkatan 2014. Saat ini ia aktif berproses sebagai redaktur pelaksana majalah LPM Perspektif