Malang, PERSPEKTIF – Dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak akhir Desember 2015 lalu membuat banyak pihak mempersiapkan diri. Tak terkecuali Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB).
Ditemui Selasa (29/3) sore, Dekan FISIP Darsono Wisadirana menjelaskan bahwa FISIP sudah dapat go international. Terbukti dengan kurikulum FISIP yang diakui secara internasional, seperti Malaya University, Sydney University dan beberapa universitas lainnya.
Menurut Darsono ada tiga indikator yang harus dipenuhi fakultas untuk bersaing. “Tolak ukurnya adalah kurikulum, akreditasi Internasional, dan yang terakhir adalah kelas internasional,” ujar Darsono. Ia menyatakan meski membutuhkan banyak waktu, ia yakin FISIP mampu bersaing. “FISIP kan masih muda, walaupun masih merangkak dulu tetapi sudah mampu bersaing di internasional,” tegasnya.
Namun persiapan yang dilakukan memantik beragam tanggapan dari mahasiswa FISIP. “Menurut saya, kesiapan FISIP sebenarnya belum cukup matang buat bersaing. Selain itu, tidak semua mahasiswa FISIP memiliki kemauan dan niat untuk bersaing dalam MEA,” ujar Handy Santoso.
Mahasiswa Hubungan Internasional 2015 ini menilai akreditasi juga menentukan kualitas institusi. Menurutnya, hal ini berpengaruh dalam penilaian terhadap FISIP. “Akreditasi yang belum A juga menjadi penghambat untuk bersaing dengan universitas lain yang lebih tua dan sudah terakreditasi A. Sehingga lebih banyak yang melihat universitas terakreditasi A daripada FISIP Universitas Brawijaya yang belum memiliki akreditasi A,” tambahnya.
Hal yang berbeda diungkapkan Zaki Rizaldi, ia mengatakan FISIP bisa bersaing dalam MEA. Alasannya, banyak hal yang didapat dari bangku kuliah dapat diterapkan dalam dunia nyata. “Dari standar pendidikan mungkin belum bisa bersaing, tetapi sebetulnya mahasiswa di FISIP ini memiliki prospek kerja yang bagus,” terangnya. (tas/ran)