Malang, PERSPEKTIF – Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Universitas (PKK-MU) Brawijaya tahun ini dilaksanakan hanya dalam satu hari. Hal itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang tergelar selama dua hari. Tempat yang digunakan juga harus ditambah sebagai konsekuensi banyaknya mahasiswa baru (maba) yang turut serta dalam waktu bersamaan.
Jika tahun sebelumnya kegiatan ini hanya dihelat di Gedung Samantha Krida (Sakri) dan Gedung Olahraga (Gor) Pertamina, kali ini kegiatan ini juga berlangsung di UB Sport Center. “Penggunaan UB Sport Center ini memang disarankan dari pihak rektorat, karena keterbatasan gedung di UB, jarang ada gedung yang berkapasitas lebih dari 3000. Kebetulan UB Sport Center ini mumpuni jadi kita gunakanm,” jelas Koordinator Humas Panitia PKK-MU, Ridha Listiyanirmala.
Kebijakan ini menimbulkan permasalahan baru lantaran jarak yang cukup jauh antara kampus UB dan UB Sport Center sehingga mempersulit mobilisasi maba. Selain itu, lalu lalang kendaraan bermotor sepanjang Jl. Veteran juga berpotensi menyebabkan terjadi kecelakaan.
Beruntung panitia dibantu oleh pihak kepolisian sehingga pemindahan maba dapat berjalan cukup lancar dan efisien. Hal ini dibenarkan oleh Ridha. “Hal itu wajar, karena kami telah melakukan koordinasi dan simulasi sebelumnya dengan Satlantas Polres Malang Kota,” imbuh mahasiswi Hubungan Internasional 2012 itu.
Meski demikian, tetap saja banyak mahasiswa yang pingsan, berhenti ditengah jalan dan tertinggal barisan karena tidak kuat. “Jalannya terlalu lama dan terlalu panjang, dan harusnya panitia memeriksa keadaan maba untuk mencegah mahasiswa pingsan di jalan,” tutur Harun Christian, maba PTIIK 2014.
Terpisah, maba lain justru mengeluhkan kelakuan panitia yang berteriak saat menertibkan barisan. “Teriakan itu membuat tegang dan tidak membantu merapikan barisan,” ungkap Annisa Izzatul Ulya, maba FISIP 2014.
Hal senada juga diungkapkan salah seorang maba program Vokasi, Decky Alviandi. “Seharusnya maba itu tidak usah dibentak dan disuruh lari. Agar tidak berdampak pada psikis mahasiswa,” urainya.
Kedepan, Decky berharap agar para panitia dapat lebih mengontrol emosi supaya tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak perlu dilakukan. “Kalau marah senormalnya saja, jangan gak ada apa-apa marah-marah,” pungkasnya. (qnt/igo)
(Visited 679 times, 1 visits today)