Oleh: Mohammad Iqbal*
Kala sepak bola tak lagi jadi hiburan rakyat
Sudah pasti yang bersorak sebatas korporat
Jika hiburan rakyat sebatas komoditas pejabat
Sudah barang tentu kita tak lagi bersorak seperti biasanya
Sepak bolaku bukanlah sepak bolamu
Sepak bolaku mesti berkiblat ke benua biru
Sedang kau, hanya berkiblat pada nafsu,
yang kolot, dan serakah!
Dari peraturan yang dinamis berubah,
hingga sanksi ratusan juta rupiah,
bahkan tendangan maut yang enggan berbuah kartu merah
Itulah!
Hal menggelikan federasi sepakbola berkepala perwira,
terang saja,
kali ini aku semakin paham
Kau itu tidak saja patut disebut setan desa,
Melainkan juga setannya sepakbola,
Yang senang kongkalikong,
kemudian bermandikan duit jutaan dollar.
Memuakkan.
*Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 2015. Saat ini sedang aktif sebagai anggota perspektif divisi marketing komunikasi.