Malang, PERSPEKTIF- Pada tanggal 15 Mei 2023, Terjadi reshuffle pada tubuh Kabinet Karya Paripurna Eksekutif Mahasiswa (EM) Universitas Brawijaya (UB). Sejalan dengan keputusan tersebut, Presiden EM UB, Rafly Raihan Al Khajri, mengeluarkan Keputusan Presiden (KEPPRES) No. 3 yang berisi pengangkatan dan pemberhentian pejabat, termasuk diberhentikannya tiga pejabat fungsionaris sebagai tindak lanjut dari pembubaran Badan Inkubasi Revolusi EM UB.
Rafly menjelaskan alasan dilakukannya reshuffle merupakan sebuah bentuk evaluasi menyambut 100 hari kerja Kabinet Karya Paripurna yang jatuh pada tanggal 27 Mei 2023 lalu. Hal ini juga dilakukan sebagai tindak lanjut dari dikeluarkannya KEPPRES No. 2 berkaitan dengan pembubaran Badan Inkubasi Revolusi yang tidak efektif.
“Jadi, Badan Inkubasi Revolusi hari ini kita launching-kan menjadi satu di dalam sekretariat Presiden. Hal itu dilakukan karena evaluasi yang saya dapatkan ketika itu dipisah menciptakan dua kamar yang tidak sinkron dan tidak sinergis,” ujarnya (22/5).
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa EM UB menggunakan merit-based system, dengan dua indikator penilaian, yakni (1) indikator kerja untuk mengukur kinerja kementerian; dan (2) penilaian capaian individu.
“Jadi ukurannya itu per-kementerian. Kinerjanya sejauh mana progress-nya, kemudian dampak dari program yang dihasilkan seperti apa. Kalau itu tidak tercapai maka sanksinya adalah reshuffle. Yang kedua, ada penilaian capaian individu. Jadi kalo misalnya individu, dia tidak memenuhi kualifikasi kelayakan, itu di-upgrade, jadi sistemnya itu bukan sanksi tapi upgrade,” tambahnya.
Meskipun begitu, Rafi Khairan selaku staf ahli Kementerian Luar Negeri EM UB menyampaikan bahwa ia belum merasakan secara langsung dampak reshuffle yang dilakukan.
Sejalan dengan hal tersebut, salah satu staf ahli Komunikasi dan info EM UB mengaku tidak mengetahui alasan lebih jauh terkait reshuffle yang terjadi di tubuh EM dan tidak merasakan dampak apapun dari adanya reshuffle.
“Aku tahu ada reshuffle, tapi kalau lebih jauhnya kenapa kurang tau. Aku juga tidak merasakan dampak yang signifikan karena kementerian aku sendiri program masih tetap jalan, dan tidak merasakan pengaruh apa-apa, tetapi aku tidak tau kalau di internal,” tuturnya (5/6). (nka/cns)