Malang, PERSPEKTIF – Pelaksanaan kuliah daring semester genap Tahun Akademik 2020/2021 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) belum dapat dikatakan efektif, meskipun telah menginjak tahun kedua pada April 2021. Salah satu kendala signifikan adalah akses Zoom Meeting yang terbatas.
Akibatnya dalam perkuliahan daring, sering ditemui fenomena di mana mahasiswa dan dosen menggunakan akun Zoom pribadi. Bahkan, beberapa mahasiswa harus patungan untuk membeli Zoom Premium.
Rico, mahasiswa Ilmu Pemerintahan 2019 mengaku patungan membeli akun Zoom Premium bersama teman sekelasnya untuk perkuliahan daring.
“Awal mula adanya patungan karena teman-teman mengeluh perkuliahan yang pakai Google Meet itu boros dan sebagian teman juga sinyalnya buruk, jadi seperti hilang-hilangan gitu,” ungkapnya.
Rico menyayangkan fasilitas fakultas untuk mendukung perkuliahan daring yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
“Menurutku tidak apa-apa kalau untuk patungan, tapi yang aku sangat sayangkan kalau memang ada fasilitas Zoom dari fakultas tapi tidak digunakan,” tegasnya.
Regis Reni, mahasiswa Ilmu Politik 2019, mengatakan bahwa dari delapan mata kuliah yang ia ikuti hanya satu mata kuliah yang memiliki tautan Zoom tetap.
“Beberapa dosen minta dibuatkan link oleh mahasiswa, beberapa dari dosennya sendiri. Untuk aplikasinya, ada yang memakai Zoom, Google Meet dan Zoom Premium. (Atau) yang digunakan Zoom Limited (aplikasi Zoom dengan penggunaan waktu terbatas, red),” jelasnya saat diwawancara pada Minggu (21/3).
Regis juga menyarankan agar bisa dibenahi lagi alur penggunaan aplikasi Zoom Meeting. Ia menyarankan pihak fakultas agar memperhitungkan lagi penggunaan Zoom Premium, agar perkuliahan bisa berjalan lebih dari satu jam.
“Seharusnya fakultas membuat plotingan untuk dosen, nanti dosen tinggal masuk. Akunnya juga seharusnya tidak cuma satu, harus punya banyak karena kelas dan jurusan di FISIP lumayan (banyak),” terangnya.
Sejalan dengan Regis, Nur Zanuba, mahasiswa Ilmu Pemerintahan 2019, menambahkan bahwa fakultas harus memudahkan pengaksesan fasilitas Zoom dan menegaskan agar dosen menggunakan fasilitas tersebut.
“Sebaiknya fakultas lebih mempermudah sistem penggunaan Zoom kepada setiap dosen untuk mendukung proses pembelajaran,” jelasnya.
Dosen Ilmu Pemerintahan, George Iqbaal menyampaikan pendapatnya terkait fasilitas pembelajaran daring dari fakultas. Ia mengatakan menggunakan fasilitas Google Meet saat perkuliahan daring dengan alasan aplikasi tersebut sudah cukup menunjang perkuliahan.
“Saya mengetahui teknis pengajuannya ke fakultas tapi belum pernah mencoba, karena saya merasa Google Meet sudah cukup,” ujarnya (20/3).
George mengakui beberapa kali mendapatkan kendala saat menggunakan Google Meet seperti akun yang keluar secara otomatis apabila jaringan tidak stabil, namun ia tidak mempermasalahkan hal tersebut.
“Pernah juga terjadi dan mahasiswa juga pernah cerita (akun yang keluar secara otomatis, red). Namun secara umum tidak mengganggu perkuliahan, karena saya tidak memprioritaskan perkuliahan sinkronus,” ujarnya.
Terkait fenomena mahasiswa patungan membeli Zoom Premium, George dengan tegas melarang tindakan tersebut terjadi.
“Kalau saya tahu mahasiswa patungan, pasti saya larang. Pengajuan zoom ke fakultas tidak sulit. Cuma harus mengulang-ulang mengajukan. Itulah kelemahannya,” pungkasnya.
Perihal fenomena tersebut, LPM Perspektif telah mencoba meminta keterangan Wakil Dekan 1 Bidang Akademik FISIP UB, Muhammad Faishal Aminuddin. Namun hingga saat ini, belum ada informasi lebih lanjut. (bel/put/mim)