Lahir di Jakarta 4 Juni 1980, Ratih Kumala keluar dari tempat lahirnya untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Satu provinsi dengan tempat tinggal kakeknya, Muntilan, Jawa Tengah.
Ratih mengawali novel pertamanya dengan judul Tabula Rasa (2004) yang mendapatkan penghargaan sebagai Pemenang Ketiga Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta. Melanjutkan novel pertamanya, setahun kemudian dia menulis karya lain, yaitu Genesis (2005) yang disusul oleh Larutan Senja (2006), Kronik Betawi (2009), Gadis Kretek (2012), Bastian dan Jamur Ajaib (2015), dan Wesel Pos (2018).
Gadis Kretek, novelnya yang diangkat menjadi serial film oleh Netflix berhasil mencuri perhatian banyak orang dan menjadi perbincangan hangat dalam beberapa hari. Meskipun tidak secara langsung tumbuh bersama cengkeh dan lintingan, kakek Ratih merupakan pemilik pabrik rokok kretek di Muntilan.
Berbekal dengan keistimewaan sebagai keturunan pemilik pabrik rokok kretek, Ratih menulis novel berlatar penjajahan Belanda hingga rezim Orde Baru. Novelnya menceritakan tentang seorang gadis yang tumbuh dan berjuang di lingkungan masyarakat patriarki.
Keistimewaan yang didapatkan Ratih sebenarnya hanyalah kenangan baginya. Pabrik rokok milik kakeknya sudah lama tidak beroperasi, bahkan menghilang dari peradaban. Hanya kenangan-kenangan di pojok ruang yang tersisa. Perlu waktu empat tahun bagi Ratih untuk melakukan riset sebelum novel Gadis Kretek terlahir sebagai sebuah karya yang utuh.
Selain aktif dalam menulis novel, Ratih Kumala juga aktif sebagai penulis cerita pendek dan scenario serta editor naskah drama di satsiun televisi swasta. Menilik kehidupan pribadi, Ratih menikah dengan Eka Kurniawan yang juga merupakan seorang penulis pada tahun 2006 dan dikaruniai anak bernama Kidung Kinanti Kurniawan. Meskipun sudah memiliki keluarga kecilnya sendiri, Ratih masih aktif menulis hingga saat ini.
