Oleh : Satrio Aji Pamungkas*
Dalam kepergian panjang
Tentang ribuan hasta ke nusa
Sampan ibu berlayar,
Membawa harapan yang suci dipangkunya
Kayunya yang terkoyak, menahan air mata
Dihempas ombak jernih berbuih
Dicabik-cabik kecipak ikan beringas
Kini tak lagi akan terasa seperti derup kisah bahadur
Mereka sirna di antara berjebahnya pemuda
Ibu..
Demi sampan yang kokoh membuntang
Darimana ombak badai masuk ke bawah tudung,
Pemuda ibu yang pembual,
Tak pernah tahu kisah para ksatria pendayung sampan
Pemuda ibu yang anarki,
Kemelut merentang bertubi-tubi
Mata angin ketika lepas
Dalam sampan ibu pemuda tak tahu arah
Hamparan harapan menjadi guyonan
Geladak penuh mawar, menjelma seliar eceng gondok
Untuk apa pahlawan menunggangi sampan
Darah penuh nanah yang mengalir deras di atas tepian lengan ,
Tak pernah meminta untuk ditukar dengan sumpah kebajikan
Demi sampan yang berkali-kali menjerit
Menghantam karang
Aku selalu ingin hidup dalam renjana
Mengharap yang tak muluk-muluk
Memperbaiki sampan ibu, memerankan menjadi kapal besi
Berlayar membawa tujuan
*)Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Politik angkatan 2019 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Saat ini aktif sebagai anggota Divisi Markom LPM Perspektif.