Oleh : Yudina Nujumul Qur’ani*
Burung burung beriringan kembali ke sangkar
Awan gelap berarak untuk membawa kabar
Semilir angin membisikkan senandung rindu
Yang turut hadir
Bersama derai air dari tuhan
Uapnya menyamarkan kenyataan
Rintiknya seolah menyirami rindu yang berdendang merdu
Bersama derai air yang terus berjatuhan
Kenyataan memaksaku terpenjam, menikmati rindu yang masih belum mampu ku lunasi
Kabut tipis menyelinap setelahnya
Mengetuk hati untuk dapat terus meramut rindu
Memaksa untuk dapat terus digenggam dan dipikul dalam setiap derap langkah
Yang kadang tanpa arah
Berharap sang waktu segera memberiku penawar
Untuk rindu yang tiada bisa bertamu
Hingga tiba masanya
Aku dapat menjamu rindu
Bersama lembayung senja dari teras rumahku.
PENULIS MERUPAKAN MAHASISWI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA ANGKATAN 2015. SAAT INI BERPROSES DI DIVISI SASTRA LPM PERSPEKTIF.