MALANG, PERSPEKTIF – Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) angkatan 2017 belum sepenuhnya mendapatkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Kesalahan cetak sebabkan KTM di Fakultas Peternakan (FAPET), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Program Pendidikan Vokasi. Kesalahan cetak sebabkan KTM tiga fakultas tak kunjung diberikan. Hal tersebut dikarenakan setelah dicetak KTM mengalami kecatatan.
“Sebenarnya kronologinya pertama dari BCA sendiri itu ingin buat di Cina ya. Kenapa di Cina karena itu adalah permintaan BCA untuk menjaga kualitas kartu. Alasan dari mereka seperti itu, ya akhirnya kami ikuti permainan dia. Setelah kemudian diproses ternyata ada semacam kendala ya,” jelas Hafidz Assad, Menteri Advokasi dan Kesejahteraan Masyarakat (Advokesma).
Hafidz menambahkan bahwa kendalanya terdapat pada perubahan chip atau desain dari kartu tidak sesuai dengan keinginan rektorat. “Akhirnya setelah dibikin-dibikin selesai jadi kartunya,” tambahnya.
Lebih lanjut Hafidz mengungkapkan bahwa KTM sudah berada di rektorat sejak sebelum liburan, tepatnya pada bulan Mei. Akan tetapi, ketika dicetak kartunya mengalami kecacatan. “Ketika dicetak kartunya jadi agak cacat. Jadi semisal nama anak itu terdiri dari empat kosa kata, nah itu dia sampe tembus melebihi kartu itu. Misalkan panjangnya nama anak empat kata bahkan bisa lebih akhirnya kepotong gitu. Terus yang kedua ketika dicetak kan ada muka kita ya di KTM, ternyata muka kita ngeblur,” terang Hafidz.
Kemudian dari kecatatan itu rektorat tidak mau memberikan KTM ke mahasiswa.“Akhirnya ditarik lagi, udah ada tuh semuanya berapa kardus. Abis tuh semuanya dipending buat dibagikan, kemudian dikembalikan ke BCA untuk dicetak ulang,” ungkap menteri Advokesma
Belum dibagikannya KTM tersebut memberi dampak bagi mahasiswa. Apriliah, mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA mengungkapkan bahwa keterlambatan pembagian KTM menyulitkan mahasiswa untuk mengurus administrasi di luar kampus seperti untuk mengajukan proposal. “KTM itu kan identitas kami kan ada jurusan sama fakultas juga. Misal nih jadi panitia yang mau ngajuin suatu proposal terus nanti ditanyain KTM. Kami memang ada KTMS, tapi gimana ya sudah tiga semester cuma KTMS doang,” ungkapnya.
Sependapat dengan Apriliah, Nadia Sofia Permatasari, mahasiswa Program Pendidikan Vokasi juga mengeluhkan keterlambatan KTM. “Dampaknya itu harus bawa KTM lembaran, belum lagi biasanya diketawain gara-gara belum dapat KTM. Terus ya merasa dianak tirikan karena belom dapet. Padahal kami juga bayar UKT sesuai ketentuan, tapi kenapa tidak dapat fasilitas merata,” keluh Nadia.
Hafidz mengungkapkan kartu KTM sudah selesai tinggal cetak. Pada bulan Juli EM melakukan follow up pihak rektorat dan KTM masih proses cetak. “Jadi sudah selesai sebenarnya tinggal proses menuju finishing. Targetnya sudah selesai awal September. Nanti dari advokesma bakal follow up lagi,” tukas Hafidz. (sci/wur)