Lompat ke konten

Beli Alat Ospek, Perlukah?

Malang, PERSPEKTIF – Penugasan yang diberikan pada mahasiswa baru (maba) dalam rangkaian orientasi pengenalan kampus (ospek) Universitas Brawijaya (UB) membawa rezeki bagi pedagang peralatan penugasan. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka berjejer membuka lapak di samping gerbang Jalan Veteran, atau memanfaatkan media sosial untuk berjualan.

Waluyo, salah satu pedagang peralatan ospek, menuturkan ia mendapat laba yang cukup besar dari jasa itu. Dari tiga paket yang dia tawarkan, harga paket termurah sebesar 65 ribu rupiah. “Kami menyediakan tiga paket untuk mahasiswa: Paket murah terdiri dari tugas offline dan online, Paket Hemat terdiri dari tugas online dan beberapa barang bawaan, dan Paket Lengkap untuk semua tugas dan barang bawaan,” jelas Waluyo.

Ia menambahkan, dari masing-masing paket, rata-rata laba yang ia dapat adalah sekitar 50 persen dari harga jual. “Tiap tahun kita jualan, tentu dapat untung kalau tidak, ya, buat apa kita jualan di sini,” ungkap pria asal Kediri ini.

Lebih lanjut, ketika ditanya darimana ia memperoleh informasi mengenai penugasan, ia mengaku mendapatkannya dari laman dan akun resmi panitia, baik universitas maupun fakultas.

Sementara itu, Zaki Fitroni, mahasiswa baru Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), mengaku penugasan yang cukup merepotkan adalah penugasan offline. Sebab, penugasan dipublikasikan cukup mendadak. “Tugas online-nya gak sulit sih sejauh ini yang barang bawaan aja yang ribet,” ujar Zaki.

Senada dengan Zaki, Vito Gilang, mahasiswa baru jurusan akuntansi, mengatakan tugas yang diberikan cukup wajar meski mendadak. ia juga mersepon positif adanya pedagang yang menjual peralatan ospek. Sebab, menurutnya, pedagang peralatan itu tidak hanya menjual barang jadi, melainkan juga menjual bahan dari tugas. Namun, tegas Vito, selama masih sanggup mengerjakan sendiri tidak perlu membeli.

Di sisi lain, ketua pelaksana Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Universitas (PK2MU), Akbaruddin menyatakan munculnya komersialisasi peralatan merupakan sesuatu yang tak terhindarkan. Menurutnya, fenomena itu selalu terjadi dari tahun ke tahun dan labanya cukup memuaskan. “Selama usaha itu masih positif dan membantu maba untuk memenuhi penugasan tidak apa-apa,” tuturnya. Ia menambahkan, jika yang dibeli adalah barang-barang bawaan, komersialisasi justru memudahkan maba dalam pengerjaan.

Mengenai penugasan, Akbarrudin menyatakan penugasan yang diberikan pihaknya tergolong lebih mudah dibanding tahun lalu. “Hanya ada satu esai untuk tugas offline, tugas online pilihan ganda, dan beberapa barang bawaan,” ujar mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer itu.

Meski menurutnya tugas yang diberikan relatif mudah, Akbarrudin menyayangkan jika maba tetap membeli peralatan ospek. “Ya sebenernya kalau membeli tugas online maupu offline  secara online itu sangat disayangkan, karena kami telah mempermudah penugasan dan itu kembali kepada masing-masing individu saja,” tutup Akbarrudin saat ditemui dalam Konfrensi Pers di Ruang Jamuan Gedung Rektorat. (tas/nin/rip)

(Visited 399 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?