Malang, PERSPEKTIF – Penyampaian Visi dan Misi Bakal Calon Dekan (BACADEK) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) telah diselenggarakan pada Senin (05/05). Acara yang berlangsung di Auditorium Nuswantara, Gedung B FISIP UB ini menjadi ajang bagi para BACADEK periode 2025–2030 untuk memaparkan sejumlah poin penting terkait visi, misi, serta janji-janji mereka. Tiga bakal calon dekan FISIP UB periode 2025–2030 yang hadir, yaitu nomor urut satu atas nama Muhammad Faishal Aminuddin, nomor urut dua atas nama Ahmad Imron Rozuli, dan nomor urut tiga atas nama Anang Sujoko.
Dalam pemaparannya, Muhammad Faishal Aminuddin membawa tagline “Epicenter of Love for Society” dengan visi menjadikan FISIP UB sebagai episentrum pengembangan ilmu sosial politik yang berkualitas, berdaya saing global, berpihak pada kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan. Misinya mencakup penyediaan layanan pendidikan bermutu, memfasilitasi riset dan pengabdian yang bereputasi global, menghasilkan lulusan inovatif, memperkuat kerja sama strategis, serta memastikan fleksibilitas program kerja fakultas yang selaras dengan visi UB. Nilai-nilai utama yang diusung meliputi profesionalitas, transparansi, kolegialitas, proporsionalitas sumber daya, hingga kesejahteraan berbasis beban kerja rasional. Perubahan yang ditawarkan mencakup bidang manajerial, infrastruktur, SDM, dan desain kurikulum tridharma.
Sementara itu, Ahmad Imron Rozuli mengusung tagline “DEKAN” (Dialogis, Empati, Kesejahteraan, Akur dan Mengayomi, Nepati Janji) dengan visi mewujudkan fakultas unggul, bereputasi, dan berdaya saing dalam inovasi berkelanjutan demi kesejahteraan bersama. Misinya menekankan penguatan sistem penganggaran yang transparan dan partisipatif, perluasan jejaring kerja sama nasional dan internasional, peningkatan kualitas riset dan pengabdian, serta tata kelola inklusif dan mengayomi. Konsep FISIP adalah rumah KITA (Kolaboratif, Internasionalisasi, Transformasi digital, dan sosial akuntabilitas kepemimpinan) turut memperkuat program-programnya. Menariknya, Cak Imron juga memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence dalam kampanye visinya.
Adapun Anang Sujoko menyampaikan visi menjadikan FISIP sebagai fakultas unggul, inklusif, dan bereputasi internasional dalam pendidikan, riset, dan inovasi sosial-politik yang berkontribusi pada kemajuan bangsa. Misinya mencakup pendidikan kolaboratif dan digital, riset berdampak nyata, kerja sama strategis, kesejahteraan sivitas akademika, serta tata kelola berintegritas. Program quick wins-nya meliputi pembentukan FISIP Student and Career Hub serta FISIP Global Connection. Lima program prioritas yang diusung mencakup penguatan LMS (Learning Management System) terintegrasi, riset kolaboratif, kegiatan internasionalisasi seperti summer/winter school, insentif sivitas akademika, serta digitalisasi layanan dan reformasi audit.
Pada sesi tanya jawab, Muhammad Azhar Zidane selaku perwakilan mahasiswa sekaligus Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UB, menyampaikan dua pertanyaan terkait dukungan fakultas terhadap organisasi mahasiswa (ormawa) yang mengalami penurunan dana pagu serta lemahnya sinergi Ikatan Keluarga Alumni (IKA) FISIP dibandingkan IKA fakultas lain.
Menanggapi isu dana, Faishal Aminuddin menjelaskan bahwa pendanaan fakultas memang terbatas mengingat banyaknya unit organisasi.
“Skema pendanaan sebaiknya didasarkan pada sejauh mana kegiatan mereka berkontribusi bagi pengembangan fakultas, bukan sekadar penjatahan,” ujar Faishal (05/05).
Ia juga menekankan pentingnya ormawa mencari dana eksternal. Terkait alumni, Faishal menilai sinergi perlu diperkuat dengan memanfaatkan jejaring alumni yang sudah memiliki posisi strategis agar bisa memfasilitasi dan membantu alumni lain.
Sementara itu, Anang Sujoko memaparkan bahwa prestasi mahasiswa FISIP masih berada di bawah target yang ditetapkan universitas. Ia mendorong pendanaan diarahkan untuk mendukung capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) fakultas tanpa harus membatasi kreativitas mahasiswa.
“Kita juga sudah berkoordinasi dengan IKA UB, kendalanya ada di surat kuasa ketua IKA UB yang sudah expired,” jelas Anang (05/05)
Sedangkan Ahmad Imron Rozuli menekankan pentingnya kreativitas mahasiswa dalam mencari dukungan dana.
“Anggaran itu penting, tapi bukan segalanya. Kalau hanya mengandalkan dana pagu, pasti kecil. Mahasiswa harus membangun ide kreatif supaya bisa menarik tambahan dana eksternal,” tegas Imron (05/05).
Acara pemaparan ini diakhiri dengan antusiasme peserta yang berharap dekan terpilih nanti mampu membawa perubahan nyata bagi FISIP UB ke depan. |
(rnz/rap/cea)