Malang, PERSPEKTIF — Pada tanggal 15 Juli 2019 Universitas Brawijaya (UB) menyelanggarakan seleksi mandiri untuk mahasiswa baru 2019. Berbeda dengan tahun kemarin, UB menyelenggarakan seleksi tes tulis. Menurut penuturan Nuhfil Hanani, Rektor UB, pada (13/8) perubahan sistem tes mandiri diharapkan bisa menarik minat calon mahasiswa asli Malang dan sekitarnya. Selain itu, UB juga berharap dapat menanggulangi mahasiswa yang tidak daftar ulang.
Nuhfil Hanani menjelaskan bahwa tahun kemarin sebanyak 36% mahasiswa yang lulus seleksi tidak melakukan daftar ulang. “Tahun lalu menggunakan nilai SBMPTN untuk seleksi mandiri, dan 36% orang nggak daftar ulang. Mereka masih bisa daftar ke universias lain, jadi di UB cuma bayar pendaftaran saja. Poin utama dari perubahan sistem ini agar banyak yang daftar ulang,” jelas Nuhfil.
Selain itu alasan lain dari perubahan sistem seleksi mandri diharapkan banyaknya orang lokal Malang bisa masuk ke UB. “SNM sama SBM sudah banyak orang luar Malang. Harapan kami 30% itu isinya orang yang dekat dengan kita, tapi nyatanya ya masih banyak orang luar,” jelas Nuhfil.
Hal senada juga disampaikan oleh Aulanni’am, Wakil Rektor I. “UB ingin membatasi mahasiswa luar Malang dan sekitarnya dalam mengikuti seleksi mandiri. Hal itu diharapkan agar calon mahasiswa yang berada di dalam Malang terutama calon mahasiswa yang berada di pelosok bisa mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi,” ungkapnya (13/8).
Pemberlakuan sistem ini untuk kedepannya juga masih dalam tahap wacana. Aulanni’am mengatakan jika semua kepustusan untuk pemberlakuan sistem ini mengikuti kebijakan kedepannya. “Seterusnya kita belum tahu, mau diadakan lagi atau kembali ke yang dulu. Kalau tahun depan masih ada UTBK, ya mungkin kita pakai lagi. Tapi mengikuti kebijakan kedepannya nanti bagaimana” tambahnya.
Perubahan sistem seleksi mandiri berdampak pada kenaikan biaya pendaftaran. Tahun lalu, rumpun Sains dan Teknologi (Saintek), dan Sosial Humaniora (Soshum) dikenakan biaya Rp300.000, dan tahun ini naik menjadi Rp500.000. Sedangkan untuk rumpun Ilmu Pengetahuan Campuran (IPC), yang sebelumnya dikenakan biaya Rp500.000 menjadi Rp750.000.
Sebagai mahasiswa baru yang mengikuti jalur seleksi mandiri, Viena, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya 2019, mengatakan bahwa ia merasa terkejut karena uang pendaftaran yang sangat mahal dan berbeda jauh dari kampus yang lain. “Saya kaget ketika tahu harganya Mandiri UB. Padahal kampus lain tidak sampai segitu biayanya,” ungkapnya (10/8).
Viena juga berpendapat bahwa perubahan sistem ini tidak sesuai karena ia tidak dapat memprediksi peluang lolos seleksi. “Peluang masuknya lebih susah untuk ditebak. Bahkan ada yang tidak perlu belajar saja bisa diterima,” jelasnya. Akan tetapi, dia merasa diuntungkan karena soal yang diberikan tidak terlalu sulit dibandingkan soal Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). (srt/aar/cup)