Oleh: Azuma Mariela*
Tangis kecil mengisi ruang putih
Memberikan secercah mentari bagi insan yang menanti
Hei Nak, itulah kamu ketika lahir
Dunia terasa seperti surga
Kaki mungil berlari-lari kecil
Sesekali terjatuh, namun bangkit lagi
Tak apa, sakit itu tak lebih perih ketika kamu tua nanti
Satu dua kata berusaha terucap
Namun hanya kata-kata parau yang mengalun di udara
Itulah suara terindah yang pernah terdengar
Penuh suka cita
Waktu terus berjalan
Beranjak meninggalkan usia
Seragam putih merah menjadi kebanggaan
Hari-hari berjalan penuh canda
Tapi calistung tetap jadi makanan biasa
Tak mengapa, puncak tertinggi tetap teraih
Putih Biru, Putih Abu
Dunia bagai lautan bertabur permata
Penuh cinta yang memabukkan
Tapi jangan lupa
Ada bintang yang harus tergapai
Jalan terasa semakin berat
Pilih ini! Pilih itu!
Kritis!
IPK! IPK!
Ingin hati mengeksplorasi diri lebih
Tapi rantai budaya mengikat erat
Ingat! Kamu harus lebih sukses dari orang tua mu
Ingat! Kamu harus langsung melejit bagai roket
Ingat! Kamu harus menikah dengan orang yang tepat
Ingat!
Ingat!
Ingat!
Yah itulah hidup
Penuh dengan cerita, penuh dengan harapan, penuh dengan tekanan
*) Tentang Penulis: Penulis merupakan mahasiswi Ilmu Komunikasi UB angkatan 2016. Pernah aktif di LSO Se7line FISIP UB.