Malang, PERSPEKTIF – Dua mahasiswa difabel Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) mengikuti serangkaian acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMaba). Mahasiswa tersebut berasal dari jurusan Hubungan Internasional dan Ilmu Pemerintahan. Selama PKKMaba mereka didampingi anggota Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) yang juga merupakan mahasiswa UB.
“Mahasiswa difabel langsung dikelola oleh pihak Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD), FISIP hanya menyiapkan infrastrukturnya. Contoh jalan yang layak bagi difabel, lalu lift juga lebih didahulukan kepada mahasiswa difabel,” ujar Akhmad Muwafik Shaleh selaku Wakil Dekan (WD) III FISIP UB.
Sebanyak 15 mahasiswa difabel diterima di UB tahun ini, dari 33 calon yang mendaftar. Jumlah ini meningkat dibanding tahun lalu yang berjumlah 10 mahasiswa. Mahasiswa difabel yang diterima di UB tersebar di jurusan-jurusan seperti Kewirausahaan, Perpustakaan, Teknik Informatika, Teknik Industri, Statistik, dan Seni Rupa.
Dita Dwi Maharani selaku staf PSLD menyatakan, jalur masuk yang digunakan ialah Seleksi Program Khusus Penyandang Disabilitas (SPKPD) namun tidak menutup kemungkinan untuk melalui jalur lainnya, seperti SNMPTN dan SBMPTN. Jalur SPKPD sendiri merupakan serangkaian tes mulai dari wawancara psikologi, kesehatan dan materi dasar perkuliahan, seperti kewarganegaraan, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Salah satu mahasiswa baru FISIP UB yang menyandang disabilitas adalah Ririn Khusnul Khotimah. Mahasiswa ilmu pemerintahan ini, mengatakan dirinya ingin masuk universitas Brawijaya karena ia mengetahui adanya jalur SPKPD. “Saya ingin mengambil ilmu pemerintahan karena saya ingin bekerja di Instansi Pemerintahan,“ ujarnya. Mahasiswa asal Bekasi ini mengatakan bahwa orangtuanya pun sempat cemas ketika ia memilih melanjutkan pendidikan ke Malang. “Awalnya orang tua sempat khawatir saya kuliah di Malang, namun akhirnya saya berhasil me-yakinkannya,”
Keyakinan serupa juga diutarakan oleh Muwafik, meskipun mahasiswa difabel mempunyai kekurangan fisik bukan berarti mereka tidak dapat berkarya. Hal ini dibuktikan dengan mampu bersaingnya mereka dalam pekan karya ilmiah mahasiswa (PKM). (nnd/mzr/ade)