Lompat ke konten

Tolak Kehadiran TNI di PKKMB, BEM FISIP UB: Intervensi Militer di Ruang Akademik

Seorang perwira TNI mengisi materi “Wawasan Nusantara & Kebangsaan” di hadapan mahasiswa baru FISIP UB pada rangkaian PKKMB, Jumat (15/08) (PERSPEKTIF/Nazwa)

Malang, PERSPEKTIF – Kehadiran Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam rangkaian Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) FISIP UB pada Jumat (15/08), memantik penolakan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UB. BEM menilai keterlibatan institusi militer dalam forum pengenalan mahasiswa baru tersebut tidak hanya keluar dari substansi kegiatan akademik, tetapi juga berpotensi mengaburkan batas antara ruang sipil dan ruang militer. 

Menteri Koordinator Gerakan dan Sosial BEM FISIP UB, Muhammad Arifin Ilham, mengatakan bahwa sejak awal pihaknya telah menolak intervensi militer di lingkungan kampus. Menurutnya, keputusan mengundang TNI di PKKMB FISIP UB merupakan arahan sepihak Panitia Dosen dan tidak transparan kepada mahasiswa.

“Kemarin malam kita tidak mengetahui informasi apapun dan kita coba mengupayakan apa yang kita bisa upayakan karena kita mendengar juga dari panitia PKKMB, informasi ini tertutup karena ada intervensi dari Pandos (Panitia Dosen, red.) yang juga berada di jajaran Dekanat”, ujar Arifin.

Arifin mengungkapkan bahwa BEM FISIP UB baru mendapatkan informasi mengenai pemaparan materi oleh TNI di PKKMB FISIP UB pada pagi hari ini. Hal tersebut menghambat upaya BEM FISIP UB untuk mencegah TNI mengisi materi dalam rangkaian acara PKKMB FISIP UB.

“Namun, memang sangat disayangkan untuk kondisi di FISIP hari ini tidak adanya informasi yang diberikan atau disampaikan kepada kami. Pemateri itu baru dikasih informasi sekitar jam lima pagi dan aku tahunya dari orang eksternal”, ungkap Arifin.

BEM FISIP UB menilai keterlibatan TNI di PKKMB ironis, mengingat sebelumnya terdapat lebih dari sepuluh mahasiswa FISIP UB yang menjadi korban kekerasan saat aksi menolak RUU TNI, Maret (23/03) lalu. Ia juga mengingatkan bahwa tindakan mengundang TNI untuk menjadi pemateri bisa menjadi awal intervensi militer ke dalam ruang akademik, yang dinilai mencederai kebebasan berekspresi dan mereduksi independensi kampus sebagai ruang sipil. 

“Bahwa apa yang coba tadi kami sampaikan pada hari ini (adalah, red.) tidak pantas orang yang memegang senjata (TNI, red.), mereka bisa mengintervensi dalam lingkup kampus dapat mencederai (ruang, red) akademik. Hari ini harusnya menjadi tamparan keras juga untuk Pandos (Panitia Dosen, red.), panitia mahasiswa”, jelas Arifin.

Terakhir, Arifin mengemukakan bahwa akan terdapat tindakan lebih lanjut dari BEM FISIP UB melalui rilis pernyataan sikap yang akan memuat penjelasan kronologis kehadiran TNI dalam rangkaian acara PKKMB FISIP UB dan sikap dari BEM FISIP UB.

“Yang menjadi catatan penting hari ini, tidak ada pihak yang akhirnya bisa kami percaya dan dapatkan informasinya untuk bisa mengetahui dampak susunan rangkaian materi PKKMB oleh panitia. Sekiranya akan kami lakukan secepatnya penindakan atau konsolidasi selanjutnya”, papar Arifin. (mag/nt/saz/hr)

(Visited 97 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?