Lompat ke konten

Buletin PKKMB Edisi 1 Tahun 2025

Persiapan panitia PKKMB (Arsip LPM Perspektif)

Ospek, entah dinamai PKKMB, RAJA Brawijaya, atau istilah lain telah lama menjadi ritual yang mengundang perdebatan. Ia dijual sebagai pintu masuk menuju kehidupan kampus, tetapi sering kali berubah menjadi panggung represi yang merampas hak dasar mahasiswa baru. Name tag raksasa, pengawasan ketat bak penjara, hingga teriakan merendahkan. Ini bukan tradisi, melainkan mekanisme penjinakan. Praktik semacam ini meneguhkan hierarki kekuasaan: senior menjadi “penguasa,” sementara mahasiswa baru diposisikan sebagai “objek patuh” Kampus seharusnya menjadi arena dialog setara, bukan pertunjukan dominasi. Saat mahasiswa dipaksa tunduk pada ritual yang absurd, esensi pendidikan, kebebasan berpikir, dan keberanian bersuara, telah dikhianati.

Pertanyaan mendasarnya: apa yang sebenarnya ingin dicapai? Jika tujuannya membangun solidaritas, mengapa yang tercipta justru jarak dan ketakutan? Jika orientasinya pengenalan kampus, mengapa metode yang digunakan lebih menyerupai hukuman ketimbang pembelajaran? Kampus bukan barak militer. Ia adalah ruang tumbuhnya nalar kritis, empati, dan kebebasan akademik. Ospek harus direformasi, bukan lagi ritual mempertontonkan kekuasaan. Melainkan jembatan kolaborasi yang membentuk komunitas akademik inklusif. Tanpa perubahan, Ia hanya akan menjadi tradisi yang terus-menerus melestarikan ketidakadilan di tempat yang seharusnya menumbuhkan kesetaraan.

Buletin PKKMU Edisi 1 Tahun 2025 dapat diakses di link berikut ini:

https://bit.ly/BULETINPKKMB12025

(Visited 14 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?