Lompat ke konten

Before, Now & Then: Tentang Cinta, Kehilangan, dan Kekuatan Perempuan di Tanah Sunda

Sumber: Youtube
Oleh: Puri Rahayu Wilujeng*

Tanggal Rilis: 12 Februari 2023

Durasi: 103 menit

Sutradara: Kamila Andini

Penulis Naskah: Kamila Andini &Ahda Imran

Rumah Produksi: Fourcolours Films & Titimangsa Foundation

Pemeran: Happy Salma, Laura Basuki, & Arswendy Bening Swara

Before, Now, & Then merupakan film indie garapan Kamila Andini yang bergenre drama sejarah. Film ini mengadaptas novel karya Ahda Imran yang berjudul Jais Darga Namaku, yang menceritakan kisah nyata Raden Nana Sunani di Jawa Barat sekitar tahun 1960-an. Film yang diproduksi oleh Fourcolours Films dan Titimangsa Foundation ini menggandeng, Happy Salma untuk memerankan Nana sebagai tokoh utama. Tayang di lebih dari 20 negara, film ini telah memenangkan 16 penghargaan dari 46 nominasi.

Trauma, Kehilangan, dan Penerimaan

Film ini diawali dengan sosok Nana dan Ningsih (Rieke Diah Pitaloka) yang melarikan diri dari para tentara nasionalis yang mengincar perempuan-perempuan desa di masa pemberontakan komunis. Selama masa itu, Nana yang telah kehilangan sosok ayah dan ditinggal suami, kabur ke hutan sambil mendekap bayinya. Seiring dengan perjalanan Nana, ia terus kehilangan orang yang dicintainya satu persatu. Kepiluan yang dirasakannya itu membekas hingga mengakibatkan trauma. 

Film garapan Kamila Andini ini menggambarkan dengan jelas rasa kehilangan seseorang yang penting dalam kehidupan tokoh utama. Dalam film ini, trauma disuguhkan dengan beberapa adegan yang memperlihatkan masa lalu yang terus menghantui tokoh utama tersebut. Nana terus memimpikan adiknya dan dalam beberapa kesempatan terbayang seekor sapi berjalan mengitari kediamannya. Meski begitu, lambat laun Nana mendapatkan kekuatan untuk membangun kembali hidupnya. Melalui interaksinya dengan Ino (Laura Basuki), Nana menemukan hubungan suportif dan positif dalam pertemanan perempuan, sebagai sumber kekuatannya menghadapi trauma masa lalu dan menerima kehidupannya yang sekarang.

Persahabatan Spesial yang Melampaui Romansa

Film ini juga menggambarkan kehidupan pernikahan Nana yang penuh tantangan. Setelah berhasil kabur ke tempat yang lebih aman, Nana bertemu dengan pria Sunda kaya raya bernama Darga (Arswendy Bening Swara) yang kemudian menjadi suaminya. Meskipun mendapatkan pria mapan yang memberinya kebutuhan yang layak, Nana kerap kali direndahkan oleh Darga dan kerabatnya. Dalam keadaan itu, Nana tidak punya pilihan selain menjaga sikap dan bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Bahkan, Nana tetap diam ketika mengetahui Darga berselingkuh dengan sosok perempuan penjual daging bernama Ino. 

Akan tetapi, Nana menemukan hubungan yang spesial bersama Ino. Mereka menemukan pemahaman atas permasalahan yang mereka hadapi masing-masing. Mereka berbagi cerita, keluh kesah sebagai seorang perempuan di masa itu. Mereka menjalin persahabatan yang menjadi sumber pelipur lara di tengah permasalahan rumah tangga yang tak terucapkan. Melalui persahabatannya dengan Ino, Nana menemukan keberanian dan kesadaran diri untuk menghadapi perannya yang rumit sebagai seorang istri. Pada akhirnya ia berhasil menemukan kekuatan untuk menolak nilai dan norma sosial yang mengontrol emosi dan tindakannya.

Untuk para Ibu dan Leluhur Kami di Tanah Sunda

Film ini tidak secara gamblang menyuarakan feminisme, tapi secara halus dan tersirat menunjukkan keterbatasan seorang perempuan Indonesia, terutama perempuan Sunda pada waktu itu. Dengan taglineFor our mothers and ancestors in the land of Sunda”, film ini memperlihatkan dengan implisit bagaimana dampak yang dialami para perempuan di tengah pemberontakan ideologi dan konflik-konflik politik di era pasca kemerdekaan. Nana dipaksa menikah dan memenuhi ekspektasi sosial yang tinggi. Ketenangannya untuk mempertahankan keluarga adalah suatu bentuk ketangguhan dan perlawanan sosok perempuan. Film ini juga menyiratkan solidaritas perempuan melalui hubungan Nana dan Ino untuk menghadapi dunia yang sering kali berusaha membatasi mereka.

Before, Now & Then secara garis besar menggambarkan kehidupan Nana yang tak tergoyahkan melalui cinta, kehilangan, dan kekuatan. Film ini bukan sekadar drama sejarah, tetapi juga semangat seorang perempuan menghadapi norma dan tekanan sosial. Film ini meninggalkan kesan mendalam tentang beban masa lalu, kesabaran jiwa manusia, dan kekuatan indah yang ditemukan dalam solidaritas perempuan.

(Visited 4 times, 4 visits today)
*) Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UB angkatan 2023 dan saat ini aktif sebagai anggota magang Divisi Litbang LPM Perspektif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?