Malang, PERSPEKTIF – BEM Malang Raya melakukan aksi “Cinta dan Doa Harapan 1 Tahun Tragedi Kanjuruhan” di depan Balai Kota Malang pada Minggu (1/10). Aksi ini dilakukan untuk memperingati satu tahun dan mendoakan korban Tragedi Kanjuruhan.
Abinaga Parawansah selaku koordinator lapangan utama mengatakan elemen mahasiswa yang tergabung menyadari sejatinya harus satu untuk segera menyelesaikan masalah Kanjuruhan. Karena sampai sekarang belum juga mengetahui jelas keadilan yang hari ini terjadi.
“Bukan hanya keadilan-keadilan bagi keluarga korban masyarakat Kota Malang, tetapi juga rakyat Indonesia,” ujarnya.
Ia juga mengatakan ketika negara tidak bertanggung jawab terhadap tragedi Kanjuruhan maka mahasiswa kecewa terhadap keberpihakan pemegang kebijakan terutama walikota, bupati (Malang, red).
“Kita disini sebagai mahasiswa bukan berarti kita mau melangkahi lembaga lembaga terkait. Kita tetap ada perannya masing-masing, LBH (Lembaga Bantuan Hukum, red) dan elemen masyarakat lainnya. Kita tetap menyuarakan keadilan, barometer kita minimal Kanjuruhan ditetapkan sebagai pelanggaran HAM berat,” tambahnya.
“Harapannya tanggal 1 Oktober sebagai hari berkabungnya sepakbola nasional sehingga bukan hanya masyarakat di malang raya tetapi seluruh Indonesia mengingat yang sampai sekarang belum diusut tuntas,” tambahnya.
Selanjutnya Gilang, Kepala Bidang Advokasi berharap supaya usut tuntas tidak dipadamkan oleh isu lain. Mahasiswa bukan menangani hukumnya seperti apa, tapi hanya ingin isu ini tidak pudar.
“Jadi untuk dampingan dari mahasiswa masih peduli, kami melihat kemanusiaan itu yang paling penting. Masih ada rasa kemanusiaan,” tutupnya. (rnz/nt/uaep/los)