Malang, PERSPEKTIF – Pada hari Minggu (13/8), puluhan mahasiswa baru Universitas Brawijaya (UB) jatuh sakit dan dilarikan ke posko kesehatan dalam acara gladi bersih dan latihan papermob Rangkaian Acara Jelajah Almamater (Raja) Brawijaya 2023. Pada agenda tersebut, para mahasiswa baru ditempatkan di Lapangan Rektorat UB selama dua hari secara berturut-turut. Menurut beberapa mahasiswa, faktor pingsan tersebut dikarenakan indikasi kepanasan, kelelahan, dan kekurangan jam tidur.
Biru (bukan nama sebenarnya), mahasiswa baru Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) mengakui bahwa faktor tersebut disebabkan karena penugasan yang bersifat kompleks dan relatif banyak, serta pengumuman mendadak yang menyulitkan para mahasiswa baru untuk beristirahat.
“Memang tadi banyak yang tumbang, mulai dari pusing hingga sesak nafas dan pingsan. Menurut saya, itu kembali lagi kepada poin saya sebelumnya (penugasan, red), dan kurang antisipasi serta sifat ‘fomo’ panitia dan mohon maaf, Eksekutif Mahasiswa,” papar Biru (13/8).
Biru menceritakan, penugasan yang menyulitkan serta pengumuman tersebut berakibat kepada menurunnya kondisi kesehatan mahasiswa saat gladi bersih. Ia juga memaparkan bahwa penugasan papermob yang diberikan berasal dari biaya pribadi dan merugikan mahasiswa dari cluster terkait yang ditugaskan.
Sejalan dengan Biru, Hijau (bukan nama sebenarnya), mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian mengungkapkan bahwa penugasan yang diberikan terlalu banyak dan waktu yang disediakan sangatlah singkat. Selain itu, terdapat banyak perbedaan informasi yang didapatkan mahasiswa baru dari narahubung panitia pelaksana.
“Kalau gladi papermob tadi banyak yang sakit. Menurut saya tadi itu tidak efektif, selain kita sudah diberikan deadline untuk cetak papermob yang banyak warna tone yang tinggi, kita juga kelamaan diam di tengah terik matahari. Sepertinya ini yang membuat orang-orang pingsan,” jelas Hijau.
Terakhir, Hijau menyayangkan beberapa panitia yang justru berbangga dengan penugasan yang mendadak serta menormalisasikan hal tersebut. Menurut kesaksian Hijau, beberapa panitia malah membanggakan hal tersebut di hadapan para mahasiswa baru.
“Panitia tadi juga banyak yang bangga kalau penugasan tersebut ‘mendidik dan mendadak’. Seharusnya mereka bisa memberikan contoh yang baik di depan adik-adiknya. Menurut saya, ini bukan masalah culture shock, tetapi memang dari panitia yang mungkin menjadikan hal tersebut sebagai budaya,” kata Hijau.
Dalam rilis persnya, panitia pelaksana Raja Brawijaya mengklarifikasi bahwa jumlah mahasiswa baru yang jatuh sakit saat gladi bersih sejumlah 30 orang. Namun penyebabnya, menurut panitia, bukan karena kelelahan atau kepanasan saat gladi bersih
“Penyebab sakit di antaranya: tidak sarapan, penyakit bawaan, pemulihan pasca sakit, dan lain-lain,” tulis panitia pada poin satu rilis pers tersebut.
Panitia Raja Brawijaya 2023 juga mengaku telah melakukan penanganan terhadap permasalahan kesehatan yang dialami oleh para mahasiswa baru di lapangan dengan menyediakan tenaga dan posko kesehatan. (mag/gra)