Malang, PERSPEKTIF – Rektor terpilih Universitas Brawijaya (UB) periode 2018-2022, Nuhfil Hanani genap seratus hari kerja pada (8/9). Nuhfil terpilih setelah menggunguli Mohammad Bisri dan Osfar Sofjan dengan 154 suara pada pemilihan rektor Mei lalu. Sebagai rektor baru, Nuhfil dihadapkan dengan sejumlah persoalan yang harus dibenahi. Mulai dari terpaan isu kampus terpapar radikalisme, perubahan status dari Badan Layanan Umum (BLU) menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) hingga menurunnya peringkat UB.
Saat ditemui Perspektif (20/9), Nuhfil menjelaskan dalam 100 hari kerjanya usai dilantik, ia tak banyak melakukan perubahan yang signifikan. Mengingat telah disusunnya Rencana Strategis (Renstra) yang telah ditetapkan di masa kepemimpinan rektor sebelumnya Mohammad Bisri. “Jadi ini kan kami punya namanya rencana strategis Universitas Brawijaya, di situ ada visi dan misinya. Kemudian ada program kerja yang harus dilakukan semuanya tidak boleh menyimpang dari itu semuanya, siapapun rektornya,” ungkap Nuhfil.
Nuhfil mengatakan bahwa renstra yang ditetapkan pada 2015 masih berlaku hingga 2019. Sehingga, ia masih melanjutkan program-program yang tertuang dalam renstra tersebut sampai 2019. “Walaupun setiap tahun ada evaluasi dari renstra itu. Kami lakukan namanya rapat kerja pimpinan, semua pimpinan se-UB untuk evaluasi,” jelas Nuhfil.
Ketika disinggung mengenai konsep kepemimpinan yang diusung, Nuhfil yang pernah menjabat Dekan Fakultas Pertanian (FP) UB menilai dalam memimpin, ia menjunjung tinggi nilai kolektifitas. Menurutnya semua tetap harus terlibat aktif agar tanggung jawabnya sebagai rektor berjalan seimbang. “Begini, setiap orang memiliki gaya kepemimpinan. Saya mantan dekan FP, manajemen yang saya pakai, guyonannya saya Brawijaya itu miliknya bersama. Mari kita rencanakan bersama, kita laksanakan bersama, kita majukan bersama dan kita rawat bersama. Semua komponen yang ada di universitas itu dilibatkan dalam tanda kutip harus, termasuk mahasiswanya, dosennya, pejabatnya,” jelas pria berkacamata itu.
Nuhfil, menegaskan bahwa ia akan menerapkan gaya kepemimpinan desentralisasi dengan satu komando yang sama. Gaya tersebut serupa ketika ia menjabat sebagai dekan di FP. Menurutnya, gaya desentralisasi yang diterapkan di fakultas membuat semua elemen yang terlibat senang dan membuat pekerjaanya lebih ringan, hanya melakukan kontrol. “Di universitas pun gaya itu akan saya pakai. Bagaimana memberdayakan semua orang-orang itu, tapi dengan satu komando program yang sama. Sistem perencanaan saya ubah sekarang detail sekali. Nanti juga akan ada software nya, tapi belum selesai mungkin tahun depan,” jelasnya.
Lebih lanjut ketika disinggung mengenai tantangan yang akan dihadapi dan target yang akan dicapai selama memimpin UB, Nuhfil mengatakan ada empat tantangan sekaligus target yang akan dicapai. “Sekarang eranya akan berubah, era industri 4.0, termasuk juga pendidikan. Maka pendidikan ke depan itu harus moderen, sistem pembelajarannya juga akan berubah, nah kita harus antisipasi sekarang ini,” ungkapnya.
Kemudian, internasionalisasi kampus, yaitu membawa Brawijaya menjadi universitas kelas dunia. Berikutnya yaitu menjadi perguruan tinggi mandiri yang otonom. Terakhir ialah bagaimana mengembangkan Brawijaya ke depannya.
Fokus pengembangan Nuhfil ke depan ialah menuju Brawijaya menjadi universitas kelas dunia. Brawijaya harus segara didorong menjadi universitas yang bereputasi internasional. “Go internasional itu tidak ada pilihan lagi,” tegasnya.
Upaya yang akan dilakukan Nuhfil untuk menuju world class university yaitu peningkatan program studi berstandar internasional, pengadaan sarana prasarana standar internasional, menyelenggarakan kelas international, kegiatan kuliah tamu dari asing, serta pengembangan pendidikan double degree. “Nanti perpustakaannya digital library, itu harus kita persiapkan. Saat ini saya sudah mulai yang disebut dengan smart university. Nanti banyak wilayah-wilayah dipasang wifi di kampus,” jelas Nuhfil.
Moch. Sasmito Djati, Wakil Rektor bidang Perencanaan dan Kerjasama mengungkapkan bahwa masa kepemimpinan rektor baru masih beracuan pada renstra lama. Ia juga mengatakan Pak Nuhfil telah melaksanakan kerjanya sesuai dengan renstra. “Kepemimpinan Pak Nuhfil masih mengikuti renstra lama. Apa yang dijalankan sudah sesuai dengan renstra dan menurut saya semuanya sudah terlaksana. Akan tetapi, cuma indikator kinerjanya yang belum sesuai dengan target yang diharapkan,” jelas Sasmito saat diwawancarai awak Perspektif pada (21/9).
Sasmito menambahkan hal-hal yang belum sesuai dengan target seperti penurunan rangking UB. Beberapa waktu lalu Kementerian Riset, Teknologi dan, Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengeluakan kalterisasi peringkat perguruan tinggi di Indonesia, di mana UB turun diposisi 12. Menurut Sasmito dalam segi publikasi UB sudah mengupayakan hingga 1000, tetapi kampus lain publikasinya hingga 1500. Kemudian Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) dari UB sendiri sudah bagus, tapi kampus lain lebih bagus. “Kayak kemarin anak-anak Pimnas, anak-anak itu tidak jelek, tapi persaingannya lebih bagus lagi. Saya tidak menyalahkan anak-anak sama sekali, anak-anak bagus. Tapi kampus lain ternyata lebih bagus, tambahnya.
Senada dengan Sasmito, Kusmartono Wakil Rektor bagian Akademik mengatakan bahwa visi misi yang dibawa Nuhfil mengikuti renstra lama. “Masih belum ada yang dikerjakan, masih meneruskan program dari Pak Bisri. Visi misi sama, tapi ada penurunan peringkat UB. Nanti akan ada program-programnya di tahun 2019, terorganisir di 2019 dan program wajib disusun oleh dekan,” jelasnya.
Lebih lanjut ketika disinggung mengenai target yang akan dicapai Nuhfil selama empat tahun menjabat. Sasmito menyebutkan ada banyak indikator yang akan dicapai dalam empat tahun ke depan. “Tidak hafal saya, indikator kinerjanya banyak. La wong Pak Nuhfil itu tanda tangan kontrak dengan 3 pihak. Pertama renstra senat yang dibuat senat, terus dengan menteri keuangan dan dengan Dikti.
Sedangkan Kusmatono mengaku belum mengetahui yang ditargetkan oleh rektor baru, “Belum tahu saya, ya kalau dilihat dari visi-misinya ya sama aja kan. Ya bikin itu-itu yang sama aja, ya sama aja sebenarnya,” ungkapnya.
Menanggapi kepemimpinan Nuhfil yang telah berjalan selama tiga bulan, Muhammad Nur Fauzan selaku Presiden Eksekutif Mahasiswa (EM) mengatakan masih melakukan penyesuaian dengan kebijakan-kebijakan rektor sebelumnya. “Yang kami lihat itu, beliau ini (red: Pak Nuhfil) masih banyak beradaptasi sih. Masih banyak beradaptasi dengan kebijakan-kebijakan yang mungkin sebelumnya dibawa Pak Bisri, disesuaikan dengan gaya kepemimpinan beliau (red: Pak Nuhfil) kayak gitu,” jelas mahasiswa Fakultas Ilmu Adminitrasi (FIA). (miq/srt/ptr/wur)