Malang, PERSPEKTIF- Selasa sore (27/3), Eksekutif Mahasiswa (EM) Universitas Brawijaya (UB) menyelenggarakan Pojok Kajian Brawijaya bertajuk Malang Darurat Korupsi. Kajian yang diadakan di Gazebo Prabu Raden Wijaya UB tersebut menghadirkan Bayu Diktiarsa dari Badan Pekerja Malang Corruption Watch (MCW) sebagai pemantik. Kajian bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kasus korupsi yang terjadi di Kota Malang kepada mahasiswa.
Pada pojok kajian kali ini, pembahasan berangkat dari penetapan tersangka kasus korupsi massal yang terjadi di Kota Malang. Sebanyak 19 nama tersangka yang terdiri dari pejabat publik, eksekutif dan legislatif, ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dua dari tiga Calon Wali Kota Malang, Mochamad Anton dan Ya’qud Ananda Gudhan, turut ditangkap.
Nofriadi Kurnia Putra, Menteri Kebijakan Wilayah dan Nasional, mengatakan bahwa EM mengumpulkan sumber data sebelum mengadakan kajian. Hasil kajian ini ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai isu korupsi tersebut.
“Pertama itu kami ngumpulin data dulu ya, habis itu kita adakan kajian. Setelah kajian ini ada poin-poin kajian yang kami lempar ke media, agar semua masyarakat tahu. Sejauh ini kan masyarakat masih adem-adem aja gitu, hanya beberapa kalangan saja yang tau bahwa dua dari tiga calon itu jadi tersangka kasus korupsi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Nofriadi mengatakan bahwa tema ini dipilih karena korupsi di Kota Malang sedang genting dan pelakunya dilakukan secara massal oleh pejabat publik.
“Mungkin untuk aksi kita, aksi pencerdasan ya di CFD Idjen. Apalagi kan gak banyak masyarakat yang belum tahu. Itu kita bikin teatrikal dan sebagainya. Sejauh ini seperti itu ya,” tutur Nofriadi.
Muhammad Ifanudi, salah satu mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang hadir dalam kajian mengatakan bahwa kajian tersebut cukup memberi pengetahuan baru.
“Sangat bagus, Apalagi banyak informasi-informasi tentang malang yang bisa saya ketahui lebih. Apalagi kalo saya FMIPA yang notabene fakultas eksakta. Nah ilmu-ilmu politik, ilmu kaya gini itu (soshum) sangat menambah wawasan gitu,” ungkap Ifanudin.
“Sebagai mahasiswa yang mempunyai fungsi kontrol sosial, yah kita harus concern lah. Walaupun kita mempunyai kesibukan masing-masing terhadap akademik, kita juga harus ibaratnya turun tangan untuk memperhatikan masalah ini. Kalau tidak bisa dengan aksi, mungkin bisa dengan kata-kata, tulisan-tulisan untuk pencerdasan masyarakat,” tutupnya. (alf/mth/dmn)