Malang, PERSPEKTIF – Panitia Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) Universitas Brawijaya (UB) 2017, tengah menyiapkan langkah antisipasi untuk menanggulangi kendala saat dilakukannya hari h pemilihan.
Ada beberapa kendala yang mungkin muncul saat hari h pemilihan, salah satunya adalah mengenai pemadaman listrik. Hal tersebut dapat mengganggu jalannya pemilihan karena Brawijaya-vote (B-vote) menggunakan daya listrik.
“Sejauh yang dijelaskan pihak Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), kalau yang terjadi listrik padam maka hal itu akan merugikan pemilih. Karena ketika listrik padam mendadak tanpa dipersiapkan generator terlebih dahulu maka dia yang memilih akan dianggap surat suaranya tidak sah atau abstain”, tutur Staf Acara Pemira UB 2017, Andy Anggara.
Ia menambahkan pihak panitia juga menjalin komunikasi dengan pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN), agar UB pada saat hari h pemilihan tidak mengalami pemadaman listrik.
Berbeda dengan Andy, Reza Pahlevy, Koordinator Acara Pemira UB 2017, menyatakan bahwa padamnya listrik saat hari h pemilihan tidak mengganggu proses voting yang sedang berlangsung.
“Perhitungannya tetap tersimpan. Otomatis, tiap satu suara pemilih yang sudah memilih sudah terhitung, jadi ketika listrik mati, data yang terakhir itu yang tersimpan. Untuk error di perhitungan, 90% tidak mungkin dan pihak TIK juga sudah menjamin,” ungkap Reza.
Sedangkan untuk keamanan saat voting dilakukan, pihak panitia mengatakan bahwa sistem keamanan yang menjadi tanggung jawab Panitia pengawas (Panwas) sudah dilakukan secara matang.
“Di TPS sendiri kita sudah ada yang menjaganya karena kalau terjadi kericuhan langsung dapat diselesaikan karena ada Panwasnya. Terus sudah ada juga di tartib Panwas. Dan ada sanksi bagi yang mengacaukan acara,” jelas Reza.
Berkaitan dengan pemilih yang tidak terdaftar sebagai pemilih, panitia mengambil kebijakan dengan langsung melaporkannya ke pihak Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Peserta pemilih yang berhak memilih hanyalah mahasiswa aktif UB. Data tersebut panitia dapatkan langsung dari pihak rektorat.
“Jika yang terjadi seperti itu, mahasiswa yang aktif tidak dapat memilih. Seperti tahun kemaren maka kami langsung melaporkan ke pihak TIK. Karena datanya kami peroleh ”, jelas Reza. (sci/djf/dip/lta)