Malang, PERSPEKTIF – Penghitungan surat suara Pemilihan Mahasiswa Raya (PEMIRA) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) molor. Hal ini terjadi karena jumlah surat suara yang terhitung tidak sesuai dengan jumlah surat suara yang tertera di berita acara.
Sebelum dilakukannya penghitungan, M. Zaki Rizaldi selaku ketua KPU membacakan berita acara dimana di dalamnya dikatakan bahwa Pemira tahun ini diikuti oleh 1964 pemilih, dengan surat suara yang terpakai sebanyak 1996 dan yang tidak terpakai sebanyak 32 lembar. Akan tetapi setelah diadakannya penghitungan surat di depan saksi jumlah surat suara ternyata tidak sesuai yaitu 1940 lembar atau hilang 24 lembar untuk Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan 1942 lembar atau hilang 22 lembar untuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Menanggapi hal itu panitia dan pihak calon DPM dan BEM melakukan negosiasi yang hasilnya adalah surat suara yang hilang dinyatakan tidak terpakai. Kemudian, dalam forum itu, diberikan solusi untuk menyamakan jumah surat suara yaitu dengan cara menggugurkan masing-masing satu suara untung kedua pasang calon presiden dan wakil presiden BEM.
Ketika dimintai tanggapan mengenai hal ini calon presiden BEM nomor urut 1, Zidny Ziaulhaque, pada selasa (6/12) mengaku kecewa dengan panitia karena menurutnya ini merupakan keteledoran panitia dan juga tidak ada penjelasan yang jelas kenapa surat suara bisa hilang. Menurut Zidny 24 suara itu sangat tinggi sehingga hilangnya 24 suara dapat merugikan salah satu calon.
“Kalau misal saya ditanya kecewa, saya merasa kecewa karena surat suara 32 ada wujudnya. Namun yang 24 hilang tidak ada wujudnya, dari segi ketelitian dari panitia masih sangat kurang,” ungkapnya.
Berbeda dengan Zidny, Idris Saputro selaku tim sukses dari calon DPM nomor urut 16 mengaku menerima hasil dari konsolidasi walaupun ada kekecewaan juga. Alasannya menerima hasil konsolidasi adalah karena konsolidasi ini sudah dimusyawarahkan oleh berbagai pihak, baik dari pihak calon BEM dan DPM, maupun pihak panitia serta DPM. Walaupun begitu, ia mengaku banyak hal yang perlu dikoreksi dari kinerja panitia agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali.
“Sebenarnya saya merasa kecewa, karena dari pihak panitia dan DPM kurang adanya sinergitas, karna 24 suara ini tidak sedikit, 24 suara yang hilang ini dapat merugikan salah satu calon DPM maupun BEM,” ujarnya.
Sementara itu, ketika ditemui Perspektif, Wismoyo Bayu, Ketua DPM FISIP 2016 mengatakan panitia dan DPM telah melakukan perekapan berulang kali. Ia menambahkan, terkait tertukarnya surat suara itu sudah dibicarakan mulai pukul delapan malam hingga pukul tiga dini hari. Sampai kemudian keputusan itu disepakati oleh forum negosiasi. (cov/glf/rip)