Malang, PERPEKTIF – Berbagai cara kampanye dilakukan oleh para kandidat untuk memperkenalkan diri dan menarik massa pada saat Pemilihan Mahasiswa Raya (PEMIRA) Universitas Brawijaya (UB) nanti. Mulai dari pemasangan spanduk, baliho, “blusukan” ke setiap fakultas, juga pemanfaatan media sosial melalui akun resmi mereka.
“Official Account (OA) ini di buat sebelum masa kampanye, kita menggunakan media itu agar lebih terfokus karena jika menggunakan akun perorangan seperti akun saya sendiri atau wakil saya nanti tidak bisa menyeluruh,” ujar Fajri Rahman, Kandidat Presiden Eksekutif Mahasiswa (EM) nomor urut 1 dengan OA line #MajuBrawijaya.
Fajri juga menambahkan tak hanya menggunakan OA line tetapi juga menggunakan instagram dengan akun ‘majubrawijaya’. Begitu juga menurut kandidat nomor urut 2, Ahmad Khoiruddin. Baginya, OA merupakan salah satu media kampanye agar seluruh mahasiswa UB mengetahui dan lebih mengenali mereka dengan memposting Curriculum Vitae (CV), tag line dan juga visi misi mereka.
Berbeda dengan dua kandidat sebelumnya, bagi Hani Fajriani, kandidat Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UB menganggap OA dapat menjadi sarana untuk menanggapi sebuah isu.
“Tak hanya sebagai media pengenalan kandidat kepada seluruh mahasiswa UB tetapi juga sebagai sarana klarifikasi tentang adanya isu-isu tidak benar yang menjatuhkan,” ungkap kandidat DPM UB nomor urut 10 tersebut.
Penggunaan media sebagai sarana kampanye selain bermanfaat, juga dikhawatirkan akan menimbulkan pelanggaran-pelanggaran yang lain saat berkampanye menggunakan media tersebut. Hal ini dikhawatirkan oleh Alfian Muzaqqi, kandidat DPM nomor urut 7. Sehingga ia tidak hanya menggunakan OA, namun juga mendaftarkan semua akun pribadinya sebagai media kampanye kepada Panitia Pengawas (Panwas).
“Karena takut melanggar aturan, ya saya daftarkan saja semua akun saya ke Panwas, termasuk facebook, twitter, dan instagram,” tutur Alfian dengan OA line #KITASIAP.
Penggunaan OA sebagai sarana kampanye pada PEMIRA UB 2016 ini, diungkapkan bahwa untuk pengelolaannya dilakukan bersama secara tim oleh masing-masing OA yang dimiliki para kandidat,
“Untuk pengelolanya kan gak mungkin saya, kami punya tim sendiri untuk mengelola itu, kami mempunyai grup sendiri untuk membahas gerakan yang akan di lakukan, kampanye, hal apa yang ingin di pos sehingga terhindar dari kerancuan informasi,” ungkap Fajri Rahman dengan OA line #MajuBrawijaya.
Begitu juga dengan OA dari Ahmad Khoiruddin, ‘Karya Bareng’ yang dikelola tim suksesnya. Menurut Ahmad Khoiruddin, sebenarnya penggunaan OA sebagai sarana kampanye masih kurang efektif.
“Untuk masalah efektifitas itu masih kurang karena jika menggunakan media sosial kan harus banyak pengikutnya. Nah untuk mencari pengikutnya butuh waktu yang lumayan banyak, juga untuk yang followers-nya akhir-akhiran kan gak bisa mengikuti post kita yang dari awal. Namun, karena media ini yang paling di gandrungi ya pakai yang itu,” tambah kandidat Presiden EM nomor urut 2 tersebut.
Sebaliknya menurut Fajri Rahman keefektifan menggunakan OA mencapai sekitar 70% karena setiap gagasan baru bisa langsung di pos.
Selain itu, Hani Fajriani, mengungkapkan kekurangan dan kekhawatiran penggunaan OA tentang tidak ada batasan siapa saja yang berkomentar dan bagaimana isinya sehingga tidak jarang ada komentar negatif dan OA tidak resmi yang menjatuhkan sehingga menyulitkan
“Tata cara penggunaan OA sendiri telah diatur oleh panitia PEMIRA dimana konten tidak boleh menjatuhkan calon lain, tidak boleh menggandeng tokoh yang berpengaruh, tidak boleh SARA, serta tidak ada intervensi dari organisasi manapun di luar Universitas Brawijaya,” ungkap Afian Muzaqqi menanggapi kekhawatiran di atas. (rif/izz/rev/ank)