Malang, PERSPEKTIF – Perpustakaan Universitas Brawijaya (UB) kembali menggelar acara Library Show Case dan Open House yang telah memasuki tahun kedua pelaksanaan, Selasa (20/9), di gedung perpustakan UB. Acara tersebut dilaksanakan tiga hari berturut-turut hingga kamis (22/9) mendatang mengusung tema “Nurturing Science and Knowledge”.
“Open house merupakan salah satu media promosi untuk lebih mengenalkan diri perpustakaan pada mahasiswa,” papar Widya Permana, Koordinator Pengembangan dan Kerjasama perpustakaan UB.
Hal ini, tambah Widya, adalah anjuran dari Mohammad Bisri, Rektor UB, untuk memberi kemudahan akses informasi. Selain itu, menurutnya perpustakaan UB harus membumi.
Meski berfokus pada mendekatkan diri pada mahasiswa, terdapat satu acara berupa diskusi panel dengan tema kiat sukses menjadi pustakawan profesional yang dikhususkan bagi para pustakawan dan staff perpustakaan. Dalam open house ini, beberapa perwakilan perpustakaan regional seluruh Jawa Timur turut hadir dalam diskusi yang membahas kiat-kiat menjadi pustakawan yang profesional dan berkepemimpinan.
“Dalam diskusi panel barusan, kami banyak membahas tentang bagaimana menjadi pustakawan yang berkualitas tinggi serta memiliki jiwa kepemimpinan untuk kemudian bisa mendorong pustakawan menjadi pemimpin di perpustakaan,” ujarnya.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Mansur Sutedjo, Kepala Perpustakaan Institut Teknologi Surabaya (ITS) periode 2008 hingga 2016. Mansur menilai profesionalitas dan kepemimpinan memang ditekankan demi terciptanya pemimpin-pemimpin perpustakaan yang berasal dari kalangan pustakawan, bukannya dari pihak luar pustakawan.
“Saat ini banyak perpustakaan dipimpin oleh pihak yang tidak berstatus pustakawan. Hal ini tentu disayangkan karena seharusnya orang yang mengerti seluk beluk perpustakaan-lah yang memimpin. Karena itu, diskusi kami tadi lebih banyak membahas pengalaman untuk menjadi pustakawan yang berkemimpinan,” ujarnya.
Lebih lanjut, melalui kesempatan seperti ini, Mansur berharap banyak pustakawan meningkatkan kualitas diri, menguasai kemampuan kekinian dalam hal berjejaring, berteknologi dan berinovasi.
“Hal-hal itu bermanfaat untuk memimpin perpustakaan yang bersinergi dan tidak kehilangan eksistensi,” pungkasnya. (din/wur/rip)