Tidak terasa jalannya perkuliahan telah memasuki pertengahan semester. Mahasiswa baru kini seharusnya mulai mengenal kehidupan di lingkungan kampus tercinta. Dinamika perkuliahan yang mereka hadapi membentuk diri mereka untuk beradaptasi di masa transisi, dari masa sekolah menuju masa perkuliahan. Dunia perkuliahan menawarkan banyak hal yang dapat menjadi referensi bagi mahasiswa baru untuk berkarya, bukan hanya sekadar belajar di kelas. Berbagai hal tersebut antara lain organisasi, komunitas, dan kegiatan non akademik lainnya.
Salah satu kegiatan non akademik yang memiliki pamor tinggi untuk diikuti oleh mahasiswa baru adalah bergabung ke dalam sebuah organisasi. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat banyak organisasi yang secara tujuan mungkin dapat menampung berbagai kontribusi yang ingin disalurkan oleh mahasiswa baru sesuai dengan minat dan bakatnya. Selain itu, Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) secara eksistensi juga telah memiliki landasan hukum yang jelas, yakni Pasal 14 Ayat 1 & 2 UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Perguruan Tinggi.
Pasal 1:
“Mahasiswa mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan dirinya melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler sebagai bagian dari proses pendidikan.”
Pasal 2:
“Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui organisasi kemahasiswaan”
Berdasarkan kedua pasal di atas, organisasi mahasiswa merupakan suatu organisasi resmi dan berpayung hukum oleh karenanya mahasiswa baru dapat menjadikan ormawa sebagai salah satu referensi kegiatan non akademik yang dapat diikuti. Dalam lingkup Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) organisasi yang ada disahkan melalui Surat Keputusan Dekan yang dilaksanakan dengan pelantikan para pemangku jabatan di organisasi tersebut. Pelantikan dilaksanakan setiap tahun dengan diwakili oleh setiap ketua organisasi.
Pada saat ini, khususnya di lingkup FISIP UB, banyak organisasi yang telah menyelesaikan proses recruitment dan menerima anggota baru. Banyak dari anggota tersebut adalah mahasiswa baru yang pastinya memiliki semangat dan keinginan untuk berproses di dalam organisasi tersebut. Ada banyak potensi yang dapat digali oleh mahasiswa baru ketika mengikuti sebuah organisasi. Berbagai potensi tersebut dapat berupa pengembangkan soft-skill, mendapatkan relasi, dan juga berbagai potensi lainnya. Hal ini tentu membawa atmosfer dan pengalaman baru bagi mahasiswa baru yang belum pernah mengikuti / berdinamika dengan organisasi pada masa sekolah.
Menjalani sesuatu yang baru, apalagi sesuai minat dan bakatnya tentu memberikan rasa excited dan semangat tersendiri bagi kita. Begitu juga yang dirasakan oleh mahasiswa baru ketika menjalankan tugas dan kegiatannya di organisasi yang mereka inginkan. Mereka akan bertemu dengan banyak kegiatan seperti rapat, berdiskusi, atau hanya sekedar nongkrong untuk merekatkan diri dengan anggota lain. Berbagai kegiatan tersebut tentunya memiliki biaya (cost) yang harus dikeluarkan, seperti waktu, uang, dan tenaga. Tentu bukan merupakan sebuah kesalahan ketika mengikuti berbagai kegiatan yang ada. Justru hal tersebut adalah salah satu konsekuensi yang harus diterima oleh mahasiswa baru ketika sudah bergabung ke dalam organisasi. Namun penulis menyayangkan apabila seorang anggota organisasi tidak mampu menyeimbangkan kegiatannya di organisasi, dengan urusan akademik. Urusan akademik memang berada di skala prioritas yang berbeda pada masing-masing individu. Namun, hal ini akan sangat fatal apabila urusan tersebut berdampak pada orang lain.
Salah satu pengalaman yang cukup sering penulis alami adalah ketika seorang anggota organisasi sama sekali tidak berkontribusi dalam tugas kelompok yang diberikan oleh dosen. Hal ini akan sangat berdampak pada kinerja kelompok yang harus kehilangan satu atau lebih sumber daya manusia akibat tidak memberikan perhatiannya pada tugas kelompok. Proses pengerjaan tugas menjadi terhambat, anggota kelompok lain harus mengerjakan tugas yang bukan bagiannya, hingga nilai yang tidak maksimal. Kontribusi anggota kelompok yang memiliki niat penuh terhadap pekerjaan tersebut menjadi ‘tercoreng’ akibat pemberian nilai yang dilakukan secara berkelompok. Jika ingin nilai bagus, maka anggota kelompok lain harus sudi mengerjakan tugas yang bukan bagiannya. Anggota lain juga harus kuat hati menerima anggota yang tidak berkontribusi mendapatkan nilai sama dengan anggota lain yang mencurahkan tenaganya setengah mati. Di lain sisi, dosen hanya ingin tahu hasil pekerjaan kelompok dan tidak memperhatikan dinamika yang terjadi di dalamnya.
Permintaan maaf dan berbagai alasan sering dilontarkan untuk menutupi kesalahan yang telah dilakukan. Alasan tentu beragam, mulai dari agenda organisasi yang bertabrakan dengan diskusi kelompok, banyak kegiatan yang harus dilaksanakan di organisasinya, hingga kondisi badan yang tidak fit akibat terlalu banyak kegiatan organisasi. Bagi penulis, penting rasanya bagi setiap orang yang duduk di bangku perkuliahan memiliki perhatian lebih pada ranah akademiknya. Bukan menyinggung skala prioritas setiap orang, tetapi terkait dengan dampak yang ditimbulkan dari alasan-alasan yang dilontarkan.
Menurut penulis, ketika seorang mahasiswa memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di jenjang perkuliahan, dirinya sudah siap bertanggung jawab untuk menyelesaikan studinya. Dalam menyelesaikan studinya, dinamika yang terjadi tidak hanya berdampak pada diri kita, tapi juga orang lain. Contoh yang penulis berikan di atas menggambarkan dinamika pada ranah akademik yang dapat berdampak pada orang lain, yakni pemberian tugas kelompok oleh dosen kepada mahasiswa. Bahkan bagi penulis, mereka yang tidak berkontribusi dalam kinerja kelompok atas alasan organisasi harusnya merasa lebih terhormat jika namanya tidak dicantumkan. Hal itu setidaknya lebih baik dibandingkan nama yang tercantum hanya mengingatkan anggota kelompok lain pada sebuah kesengsaraan, bukan lagi beban.
Pendapat ini mungkin terdengar tidak masuk akal dan terlalu menjatuhkan mereka yang ingin mendapatkan pengalaman di organisasi. Namun, seiring bertambah dan bertumbuh tiap tahunnya, kita seharusnya tidak lagi alergi terhadap fakta yang ada. Bagi penulis, organisasi adalah pilihan dengan segala tanggung jawab yang ada di dalamnya. Sedangkan urusan akademik adalah tanggung jawab atas pilihan yang telah kita tandaskan.
Waktu kegiatan organisasi aja semangat, giliran tugas kelompok kok ada aja yang kumat? So, jangan lupa kerjakan bagianmu ya..