Malang, PERSPEKTIF – Perbedaan sarana dan prasarana antar-gedung fakultas yang ada di Universitas Brawijaya (UB) masih menjadi perbincangan hingga saat ini, hal tersebut menuai berbagai tanggapan. Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Internasionalisasi UB, Andi Kurniawan pun juga mengakui bahwa infrastruktur antara fakultas satu dengan yang lainnya memang memiliki perbedaan.
Andi menjelaskan beberapa alasan yang mendasari perbedaan sarana dan prasarana tersebut antara lain karena adanya perbedaan prioritas kebutuhan dari tiap fakultas, kemudian ditinjau dari lama usia bangunan di masing masing fakultas, dan juga pendanaan tiap tiap fakultas itu berbeda tergantung daripada pemasukan dan juga tingkatan Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswanya. Sehingga dalam upaya menyetarakan sarana dan prasarana pada tiap fakultas akhirnya memiliki kendala.
Meskipun terdapat kesulitan dalam praktiknya, Andi mengungkap bahwa UB tetap berupaya untuk memenuhi standar mutu yang telah direncanakan.
“Tetap kita punya standar mutu dalam artian bukan dibebaskan fakultas di UB bikin seadanya dana, tidak. Kita punya standar mutu yang direncanakan. Mereka membangun pun punya standar yang direncanakan, di samping itu di UB punya tim teknis perencanaan. Nah tim teknis perencanaan inilah yg membuat batas minimal,” jelasnya.
MAW, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2021 berpendapat upaya yang dilakukan oleh pihak kampus dalam memenuhi standar mutu tersebut masih belum terlihat jelas pada mahasiswa. Menurutnya masih banyak permasalahan tahunan mengenai sarana dan prasarana di UB yang masih belum terselesaikan hingga saat ini.
“Iya, belum ada. Dan kalaupun ternyata sudah ada usaha, itu kayaknya belum terlalu kelihatan di mahasiswanya, termasuk aku. Misalnya perkara lahan parkir sempit itu sudah jadi masalah bertahun-tahunnya UB dan sampai sekarang pun masih jadi masalah yang terus diperbincangkan. Dari kasus lahan parkir itu jadi salah satu contoh kalau UB itu masih banyak minusnya dan memang ini yang harus dirombak lagi biar jadi lebih bagus,” ujarnya (21/3).
Senada dengan hal tersebut, Gregorio Manoeroe, mahasiswa Teknik Komputer 2021 berpendapat bahwa sudah seharusnya pihak-pihak terkait yang menggunakan fasilitas tersebut terlibat dalam perancangannya sebelum direalisasikan, hal ini dilakukan agar fasilitas-fasilitas yang dibangun dapat tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
“Menurut saya, penting bagi pihak kampus untuk melibatkan mahasiswa, dosen, maupun staf dalam perencanaan dan juga pengembangan fasilitas tersebut sebelum direalisasikan di beberapa fakultas. Karena, pihak kampus harus membutuhkan kepastian mengenai apa saja fasilitas yang diperlukan dan disediakan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pemakaian tiap-tiap fakultas. Perlu pula evaluasi dari kebutuhan dan kemampuan finansial setiap fakultas sehingga bisa lebih gampang untuk menentukan target atau prioritas dalam penyediaan fasilitas,” tuturnya (20/3). (aaa/arl/yha/los)