Lompat ke konten

Embargo, Alasan Banyak Publikasi Ilmiah Tidak Bisa Diakses di Repository UB

Tampilan repository UB (https://lib.ub.ac.id/en/repository-ub/)

Malang, PERSPEKTIF – Repository merupakan salah satu fasilitas bagi mahasiswa Universitas Brawijaya dalam mengakses berbagai publikasi ilmiah. Dalam mengakses publikasi tersebut mahasiswa masih kesulitan dalam mengakses yang disebabkan oleh kebijakan embargo. 

Iwan Permadi dan Agung Suprapto selaku Koordinator Bidang Layanan Pengguna Perpustakaan Universitas Brawijaya merespon beberapa jurnal sulit diakses karena kebijakan embargo yang menutup akses beberapa jurnal selama dua tahun sejak jurnal tersebut diunggah di repository.  

“Embargo itu jika anda lulus tahun 2023 ini nanti di embargo dua tahun, jadi dibuka tahun 2025 baru kita buka. Ada juga dosen yang minta diembargo selamanya karena itu terkait dengan rahasia kayak formula obat itu kan gak bisa, kalo dibuka takut diambil orang,” jelasnya kepada Tim Perspektif (8/3).

Ia juga menerangkan bahwa kebijakan ini tidak dapat diganggu gugat karena sudah dirapatkan di senat berdasarkan persetujuan dosen-dosen terkait sehingga tidak bisa dinegosiasi.

“Istilahnya itu tidak bisa dinegosiasi karena itu sudah keputusan kecuali kalau ada apa, ada forum lagi diskusi itu mungkin bisa jadi. Kita bisa menginformasikan alamat email dari author supaya mahasiswa menghubungi sendiri. Author nanti akan menentukan boleh dibuka atau belum,” tambahnya. 

Selanjutnya Nafan Syarahil Nabih, mahasiswa Sosiologi angkatan 2021 mengatakan pengalamannya terkait kesulitan akses repository UB yang akhirnya terhambat untuk mencari jurnal penelitian atau skripsi sebelumnya. 

“Pernah jurnal yang nggak bisa kebuka dan skripsi yang kekunci lah, bagi saya sebenarnya tidak masalah ya kekunci tapi alangkah baiknya mahasiswa UB sendiri itu diberi tau cara mengaksesnya gitu,” ucapnya (14/3).

Sependapat Aloravoxeana, mahasiswi Hubungan Internasional angkatan 2021 juga menambahkan bahwa sosialisasi terkait repository UB masih kurang di kalangan mahasiswa.

“Bahkan sebelum itu aku gapernah tau ada repository UB kalo misalkan dosen aku gak ngejelasin, jadi lebih better kalo sistem ini di-upgrade dan disosialisasikan secara luas kalo misal sistem ini tuh ada di universitas kita,” katanya (16/3). (az/ran/uaep)

(Visited 1,036 times, 2 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?