Lompat ke konten

Twenty-Five Twenty-One: Drama Masa Muda Penuh Gairah dengan Sentuhan Realita

Sumber: IMDb
Oleh: Mahira Sandria*

Drama besutan televisi nasional Korea Selatan, TVN kali ini kembali memboyong Kim Taeri di dalam proses produksinya. Sebelumnya, Kim Taeri sempat membintangi drama berjudul “Mr. Sunshine” yang juga tayang di TVN pada 2018 lalu. Jujur saja, hal pertama yang menarik perhatian saya saat tahu drama ini tayang adalah Kim Taeri, mengingat ini kedua kalinya Kim Taeri kembali ke layar televisi setelah 4 tahun hanya berlakon di layar lebar. Pada awalnya, saya tidak berharap banyak saat membaca sinopsis drama Twenty-Five Twenty-One yang tampak seperti drama ringan biasa. Rupanya, setelah tamat menonton 16 episode, saya salah besar. 

Drama serial ini menyajikan kisah muda-mudi yang berusaha menggapai impiannya di tengah krisis moneter 1998. Kisah ini berfokus pada Na Hee-Do (Kim Taeri), atlet anggar berusia 18 tahun yang mendapatkan kesempatan menjadi atlet nasional dan Baek Yi-Jin (Nam Joo Hyuk), pemuda berusia 22 tahun yang bekerja serabutan setelah bangkrut dan berhenti dari perguruan tinggi akibat krisis moneter. Kisah keduanya bermula dari pertengkaran antara dua orang asing yang perlahan-lahan berubah menjadi support system satu sama lain untuk meraih impian masing-masing, sempat menjadi sepasang kekasih, dan berakhir kembali menjadi dua orang asing yang pernah mengenal.

Persahabatan dan Keluarga

Meski judul dari Twenty-Five Twenty-One tampak hanya berfokus pada kisah kasih antara Baek Yi-Jin dan Na Hee-Do, isi dari drama ini tidak melulu soal kisah cinta mereka berdua. Justru, sebagian besar isi drama lebih didominasi oleh kisah persahabatan dan keluarga.

Hubungan persahabatan antara Na Hee-Do dan Ko Yu-Rim (Bona) misalnya, digambarkan dengan sangat menarik. Sosok Na Hee-Do yang positif dipertemukan dengan Ko Yu-Rim yang memiliki rasa tidak percaya diri ditambah dengan latar belakang keluarganya yang saling bertolak belakang membuat cerita antara kedua tokoh ini menjadi kompleks. Drama ini berhasil menampilkan perkembangan karakter antara kedua tokoh di setiap episodenya, bagaimana seorang Ko Yu-Rim berdamai dengan dirinya sendiri, seorang Na Hee-Do menjadi lebih dewasa, hingga akhirnya keduanya menjadi lebih jujur satu sama lain dan memulai persahabatan yang indah. 

Tidak hanya antara kedua tokoh, lingkaran pertemanan keduanya juga termasuk dengan tiga karakter lain yaitu Baek Yi-Jin, Ji Seung-Wan (Lee Joo-Myung) dan Moon Ji-Woong (Choi Hyun Wook) turut mewarnai drama Twenty-Five Twenty-One. Kelima karakter ini berhasil memperlihatkan drama persahabatan yang manis dengan karakter yang berbeda-beda, kisah mereka sukses membuat saya kembali teringat masa-masa SMA dan ingin mengulangi masa-masa itu sekali lagi. Persahabatan mereka yang polos dengan genre komedi ini selalu mengundang tawa di kala mereka di dalam satu frame. Meskipun sosok Baek Yi-Jin sebagai satu-satunya orang dewasa di dalam lingkaran pertemanan tersebut, karakter Yi Jin tidak terasa terlalu tua dan membosankan atau hanya sekadar sebagai pemanis agar memunculkan love-line antaranya dan Hee-Do, tapi juga menunjukkan hubungan yang dekat dengan karakter-karakter lainnya. Bahkan, memunculkan hubungan bromance yang kocak dengan Moon Ji-Woong.

Tidak hanya persahabatan, Twenty-Five Twenty-One juga menghadirkan kisah keluarga dari masing-masing karakter. Kisah Baek Yi-Jin dan keluarganya yang harus hidup terpisah-pisah karena dikejar hutang setelah bangkrut juga hubungan Na Hee-Do dengan ibunya yang selalu diliputi salah paham dan gengsi walaupun saling sayang. Adapun Ko Yu-Rim dengan keluarganya yang saling mendukung dan penuh cinta meski dililit oleh susahnya perekonomian mereka, Moon Ji-Woong yang broken-home dan dituntut dengan ekspektasi yang tinggi, juga hubungan yang hangat antara Ji Seung-Wan dan ibunya, semuanya direkam dengan indah hanya dalam 16 episode. Semua karakter di dalam drama ini memiliki kisahnya masing-masing, itu yang membuat saya jatuh cinta dengan drama ini. Bahkan rasanya, kisah persahabatan dan keluarga di dalam drama ini cukup untuk membingkai drama Twenty-Five Twenty-One tanpa harus ada intrik kisah cinta.

Gairah Masa Muda

Bagian lain yang perlu disoroti dari drama ini adalah gairah masa muda. Masing-masing karakter dalam ini begitu penuh semangat dan ambisius dalam meraih cita-cita. Na Hee-Do misalnya, meski ratusan kali gagal dalam berbagai kompetisi anggar, ia tetap bertahan pada cabang olahraga tersebut karena rasa cintanya pada anggar. Dalam proses jatuh bangun Na Hee-Do itu pula, sosok Baek Yi-Jin hadir sebagai seseorang yang menemani Na Hee-do meraih mimpinya. Baek Yi-Jin memegang peran yang krusial dalam perkembangan karakter Na Hee-Do, dengan karakternya yang dewasa, ia memberi motivasi yang menyokong sekaligus memberi perspektif yang realistis.

Di sisi lain, sosok Baek Yi-Jin sebagai tokoh utama juga memiliki kisahnya yang tak kalah menarik. Karakter Yi-Jin yang hanya lulusan SMA dan bekerja serabutan demi menghidupi keluarganya digambarkan sebagai sosok yang pantang menyerah meski dihadapkan pada krisis emosional pasca memasuki usia dewasa lebih awal. Penggambaran Yi-Jin berhasil membuat saya menyadari betapa beratnya kehidupan menjadi orang dewasa. Pada saat ia berhasil menjadi seorang reporter, sebagai penonton rasanya seperti diajak sukses bersama. Sosoknya berhasil membuktikan bahwa semangatnya untuk hidup mengalahkan semua rintangan yang ada dengan berdiri tegap dan menghadapi masalah yang ada. Sosok Na Hee-Do juga berperan penting dalam kesuksesan Yi-Jin, dengan meradiasi energi positif melalui karakternya yang ceria dan penuh ambisi. 

Sentuhan Realita 

Meski drama ini dipenuhi gairah muda, persahabatan yang manis, juga kekeluargaan yang mungkin akan terkesan terlalu fiksi, drama ini tetap menyajikan sentuhan realita membuat kisahnya menjadi lebih terasa dekat bagi penonton. Susahnya hidup, susahnya meraih mimpi, momen di saat harus merelakan beberapa hal, pertengkaran dan berbaikan, jatuh cinta dan patah hati, semuanya dirangkum dan diracik dengan sangat apik.

Beberapa adegan yang terasa dekat bagi saya pribadi mungkin saat Baek Yi-Jin mengatakan ini: “Hidup yang tidak sesuai impian bukanlah hidup yang gagal, dan hidup yang sesuai impian belum tentu hidup yang berhasil. Aku hanya ingin melakukan tugas yang diberikan kepadaku dengan baik.” Dialog ini begitu mengena bagi saya yang selalu takut bila di masa depan saya tidak hidup sesuai dengan yang saya impikan dan gagal.

Adegan lain mungkin saat pelatih anggar SMA Taeyang, Coach Yang (Kim Hye Eun) memberi nasihat pada anak didiknya, Lee Ye-Ji (Joo Bo Young)yang memutuskan mundur dari posisinya sebagai atlet anggar karena tidak lagi nyaman dengan kegiatan tersebut dan memiliki mimpi lain. Saat Coach Yang mengatakan, “Setiap kali kau merasa lelah, ingatlah betapa sulit kau memulainya.” Saya bisa merasakan bagaimana kalimat ini akan mempengaruhi para penonton. Apalagi bila ditonton saat posisi terendah dan hampir menyerah, kalimat ini bukan hanya memberi semangat tapi juga mengingatkan kita untuk ingat betapa susahnya untuk berada di titik ini.

Drama Twenty-Five Twenty-One merupakan serial yang cocok untuk ditonton segala kalangan, utamanya untuk muda-mudi yang mengalami quarter life crisis, drama ini akan memberikan rasa nyaman dan perasaan seolah ditemani untuk berjuang di tengah-tengah realita kehidupan yang begitu semrawut. 

“Jika mengubah tragedi menjadi komedi, hatimu akan merasa lebih baik.” -Na Hee Do.

(Visited 180 times, 1 visits today)
*) Penulis merupakan mahasiswa Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya tahun 2021. Sekarang aktif sebagai anggota Divisi PSDM LPM Perspektif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?