Malang, PERSPEKTIF – Pada Jumat (3/3), aksi menolak pemberian gelar honoris causa Erick Thohir yang dilaksanakan oleh Aliansi Mahasiswa Resah (Amarah) Brawijaya sempat ricuh. Hal ini terjadi karena massa aksi yang sedang melakukan long march dari parkiran Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM) UB menuju Gedung Samantha Krida dihadang oleh pihak Markas Komando (Mako) Keamanan UB.
Sekretaris Universitas Brawijaya, Tri Wahyu Nugroho dalam dialognya dengan massa aksi memperbolehkan orasi di depan Gedung Samantha Krida dengan catatan tidak mengganggu lalu lintas dan menjaga ketertiban. Massa aksi pun sepakat dan melanjutkan kembali long march. Namun, mereka dihadang lagi oleh pihak keamanan UB dengan dalih protokol dan kembali berdialog dengan pejabat kampus.
“Tujuannya ini (aksi, red) untuk aspirasi atau sensasional,” ujar seorang pejabat UB kepada massa aksi yang bertanya mengenai kesediaan menyampaikan orasi di depan Samantha Krida.
Buntut kalutnya dialog dengan pejabat kampus serta long march yang selalu dihadang oleh pihak keamanan sempat menyebabkan ricuh antara massa aksi dan pihak Mako UB. Ginting, Koordinator Lapangan (korlap) aksi menyatakan pihaknya dihalang-halangi untuk menyampaikan aspirasi terhadap pemberian gelar kehormatan kepada Erick Thohir.
“Sempat ada tindakan represif dari pihak keamanan. Mereka menghalangi (massa aksi, red) tidak punya alasan. Mako juga selalu menghalangi dengan alasan keamanan dan ketertiban padahal aksi ini tidak akan mengganggu sama sekali,” ujarnya.
Ginting menyebutkan, pihak Mako selalu berdalih terkait protokol dan peraturan untuk menghadang mereka. Namun ketika ditanya apa protokol dan peraturan tersebut, pihak yang bersangkutan tidak bisa menjawab.
“Kita hari ini turun ke sini karena kita kaum intelektual tapi kita dibenturkan dengan orang-orang yang menguasai pusat,” ujar salah seorang dari massa aksi. (gra/uaep)