Lompat ke konten

Peserta PKKMB FISIP Keluhkan Penugasan Bawa Pohon: Mahal dan Terbengkalai

Terbengkalai - Bibit-bibit pohon penugasan PKKMB yang diletakan begitu saja di area kampus (PERSPEKTIF/Yasmin)

Malang, PERSPEKTIF Pada rangkaian Student Day 2 Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) tahun 2022, peserta diberi penugasan untuk membawa bibit  pohon siap tanam dalam polybag sebagai aksi menjaga iklim. Hal ini diumumkan pada Rabu (7/9) lalu di website FISIP UB. Penugasan ini rupanya banyak dikeluhkan oleh para peserta PKKMB FISIP dengan alasan harga yang mahal sampai pohon-pohon hasil penugasan yang masih terbengkalai tak terawat.  

Hal ini diakui langsung oleh LG, peserta PKKMB FISIP 2022. Ia merasa tidak mendapatkan manfaat langsung dari adanya penugasan tersebut. LG juga menyayangkan jika bibit pohon yang sudah dibawa oleh maba untuk penugasan tersebut dibiarkan saja tanpa ada perawatan. 

“Mungkin kita paham kalau kita disuruh bawa pohon buat penghijauan, tapi mungkin bakal lebih dapat lagi esensinya misalkan mahasiswa barunya disuruh menanam pohon langsung. Jadi bukan cuma bawa pohon saja. Lagian juga sayang sekali kalau misalnya pohonnya cuma disuruh bawa dan dibiarkan saja sampai ada beberapa pohon yang sampai mengering dan mati,” tuturnya (2/10)

Begitu juga dengan NQ, peserta PKKMB FISIP 2022 yang menuturkan dirinya sebagai perantau merasa kesulitan dalam memenuhi penugasan tersebut karena kendala akses kendaraan dan pengetahuan soal tempat penjualan pohon di Malang. 

“Ini cukup disayangkan karena tidak semua mahasiswa baru itu ekonomi nya sama. Pohon yang sudah dibeli itu agak sayang kalau dibiarkan begitu saja. Jadi harusnya dikondisikan lagi dari panitianya bagaimana terkait pohon yang sudah dibawa oleh maba itu, ” ujarnya (2/10)

Sementara itu, Maharani selaku fasilitator PKKMB FISIP 2022 turut memberikan tanggapannya terkait pemeliharaan bibit pohon yang sudah terkumpul. Ia menyampaikan bahwa penugasan ini langsung dari pihak dekanat, bukan berasal dari panitia PKKMB. Sehingga pihak panitia bertanggung jawab hanya sebatas mengumpulkan bibit pohon yang ditugaskan tersebut. 

Meskipun begitu, ia sebagai fasilitator juga mendengar banyak peserta PKKMB yang mengeluhkan penugasan membawa pohon ini. 

“Apalagi membawa pohon itu dari biaya mereka sendiri, jadi cukup memberatkan juga bagi mereka yang mungkin ekonominya sulit apalagi yang anak rantau,” tutur Maharani.  

Menanggapi hal ini, Wimmy Halim, Staf Wakil Dekan (WD) III Bidang Kemahasiswaan menuturkan tujuan penugasan membawa bibit pohon tersebut pada awalnya ingin mengajak maba untuk melakukan pengabdian masyarakat berupa menanam pohon bersama. Akan tetapi, karena ketiadaan dana yang ada di fakultas, membuat rencana tersebut akhirnya tidak dapat terlaksana. 

“Inginnya kami (Kemahasiswaan, red) bekerjasama dengan Tim Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM, red) yang ada di kampus untuk cari desa, cari lahan. Kemudian bisa mengajak teman-teman mahasiswa baru menanam pohon di tempat tersebut. Tidak hanya menanam pohon saja di sana, nanti ada seminar tentang lingkungan dan lain sebagainya,” ungkap Wimmy (13/10)

Wimmy menambahkan bahwa ia menerima rasa kekecewaan mahasiswa baru atas penugasan tersebut dan meminta maaf atas bibit pohon yang pada akhirnya terbengkalai begitu saja.

“Kami bisa terima bentuk kekecewaan teman-teman ketika pohon-pohon ini tidak diapa-apakan. Saya secara pribadi mewakili pimpinan meminta maaf kepada teman-teman karena banyak sekali problematika yang sekarang dihadapi kampus,” tutup Wimmy. (yn/aql/afi/gra)

(Visited 247 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?