Dalam semangkuk sayur bening
Puan merelakan kedua mata menjelma Baikal
Menjernihkan semangkuk dengan nutrisi gizi yang dibumbui garam alami
Padanya orang-orang bisa bercermin dan wajahnya terpaksa sembunyi di balik bayang
Dalam semangkuk sayur bening
Puan menghibahkan kedua tangan dalam tekun
Membekukan cita-cita demi cita rasa
Semua tumpah pada cobek di sudut penjerangan
Puan;
dikawin oleh ketidakpastian, dicumbui puisi yang tidak bisa ditelan
tanpa jual beli tidak ada takar untung rugi kan
Puan;
tengoklah sesekali ke arah cahaya yang menumbuhkan jadi kembang
rekahnya tidak habis oleh karena dihisap kumbang
di Barat, gurat kemerahan memanggil kelam
dan puan menyalami malam,
dengan mata terbuka
“Besok, mau masak apalagi, ya?”
(Visited 178 times, 1 visits today)