Lompat ke konten

Twitter sebagai Saluran Pendistribusian Informasi di Indonesia

Ilustrator: Putri Gemilang
Oleh: Mahla Junika Christy*

Dewasa ini, keberadaan media sosial khususnya Twitter mulai diperhitungkan eksistensinya sebagai saluran penyebaran berbagai informasi bagi seluruh masyarakat di Indonesia. Bahkan, informasi yang ada di masyarakat dirasa lebih cepat didistribusikan melalui Twitter daripada media massa seperti koran maupun televisi. Hal tersebut sangat menarik untuk dibahas mengingat adanya perspektif dan konteks komunikasi massa dalam ilmu komunikasi massa yang mulai kabur. Hal tersebut dikarenakan ada yang menyebut Twitter sebagai salah satu bentuk komunikasi massa karena berlimpahnya informasi yang dapat diakses.

Bertenggernya “Babi Ngepet” sebagai urutan pertama dalam trending topic Twitter di Indonesia, membuktikan bahwa efek pendistibusian informasi yang dilakukan sangatlah masif. Bermula dari cuitan berupa video yang diunggah oleh akun dari seorang jurnalis, @mawakresna, informasi mengenai babi ngepet mendapat banyak respon dari sesama pengguna Twitter lainnya. Respon dari cuitan akun tersebut berupa komentar. Ada yang membagikan tautan dari berita asli, ada yang menyampaikan opininya mengenai pemberitaan tersebut, bahkan, ada pula seseorang yang mengaku tinggal di daerah tersebut dan menceritakan kondisi terkini dari daerahnya.

Seiring meluasnya jangkauan dan bertambahnya orang yang ingin mengetahui tentang berita tersebut, kicauan para pengguna Twitter saling bersambut. Berbagai macam jenis akun saling berinteraksi untuk membahas topik ini. Mulai dari personal account, cyber account, anitwt, fan account, akun anonim, dan masih banyak lagi. Bahkan, akun base besar Twitter @AREAJULID yang memiliki lebih dari 620 ribu pengikut juga turut membahas tentang masalah ini. Sampai saat ini, diperkirakan cuitan mengenai topik babi ngepet telah mencapai lebih dari 67 ribu cuitan. Ricuhnya keadaan tersebut, membuat informasi mengenai babi ngepet semakin tumpah ruah. Sesama pengguna Twitter saling berbagi informasi, baik dari opininya sendiri maupun dari pemberitaan media massa.

Selain babi ngepet, ada pula “Babel” yang menjadi trending di Twitter. Kata tersebut merupakan kata yang menjadi trending karena adanya sebuah akun Twitter @ikanatassa yang membagikan sebuah tautan berita dugaan kasus daur ulang alat tes rapid antigen yang dilakukan oleh Laboratorium Rapid Antigen Kimia Farma di Bandara Kualanamu Internasional Airport (KNIA), Sumatera Utara. Hal tersebut semakin hangat diperbincangkan saat akun @nurnjh_ menyamakan Kimia Farma dengan Babel Pharmaceutical, salah satu perusahaan yang dijalankan secara kotor dalam drama korea berjudul “Vincenzo”.  Setelah Babel menjadi trending topik, banyak pengguna yang akan penasaran dan akan mencari tahu. Sehingga, pemberitaan mengenai kasus Kimia Farma pun menjadi lebih tersebar luas dan diketahui oleh masyarakat. Bahkan postingan mengenai Babel diperkirakan mencapai lebih dari 15 ribu cuitan.

Berkembangnya Twitter sebagai sebuah saluran penyebaran informasi, banyak disalahpahami oleh masyarakat, khususnya, bagi yang mengatakan bahwa Twitter merupakan sebuah media massa karena informasi yang beredar sangat berlimpah dan beragam. Padahal Twitter merupakan media sosial yang memiliki fungsi dan pengertian yang sangat berbeda dari media massa. Jika ditinjau dari pengertian komunikasi massa itu sendiri, pertukaran informasi yang terjadi di Twitter tidak dapat disebut sebagai bentuk dari komunikasi massa.

Prof. Deddy Mulyana dalam bukunya menjelaskan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, berbiaya relatif mahal, dan dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Selain itu, berdasarkan perbandingan yang dilakukan oleh Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante terhadap konteks komunikasi pribadi, komunikasi massa dan komunikasi media, komunikasi massa dilakukan oleh organisasi sebagai komunikator dan umpan baliknya bersifat tertunda. Sehingga hal tersebut bertentangan dengan Twitter sebagai sarana pertukaran informasi yang dilakukan oleh individu demi individu dan umpan baliknya yang bersifat segera. Oleh sebab itu, perlunya pemahaman akan perbedaan ini untuk menghindari miskonsepsi mengenai fungsi Twitter itu sendiri.

Dari kedua contoh dan penjelasan mengenai perbedaan komunikasi dalam media sosial dan media massa, dapat disimpulkan bahwa meskipun pertukaran informasi di Twitter tidak termasuk dalam komunikasi massa, Twitter saat ini telah menjelma sebagai gudang informasi bagi para penggunanya. Kecepatan pendistribusian informasi melalui saluran media sosial Twitter bisa dikatakan lebih cepat daripada media massa itu sendiri. Bahkan, dalam memberitakan suatu isu, media sosial Twitter dapat menjadi sumber informasi yang dibutuhkan oleh media massa itu sendiri. Seluruh pengguna Twitter dapat membagikan berbagai macam informasi dengan bebas yang menyebabkan banjirnya informasi di Twitter.

Meskipun banjirnya informasi di Twitter terlihat baik, tetapi akan ada beberapa hal yang menjadi permasalahan jika ditinjau dari konsep dasar komunikasi itu sendiri. Beragamnya orang yang menyebarkan informasi melalui Twitter, belum tentu memiliki kompetensi di bidang-bidang tersebut. Sehingga, informasi yang beredar di Twitter tidak semuanya memiliki kriteria untuk dapat disebut sebuah berita yang valid. Kebebasan dalam menyebarkan informasi juga memberi akses kepada orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk membelokkan fakta yang ada. Oleh sebab itu, masyarakat pengguna Twitter perlu lebih berhati-hati dalam mencerna sebuah informasi yang beredar di Twitter dan tidak menelannya dengan mentah-mentah.

(Visited 329 times, 1 visits today)
*) PENULIS MERUPAKAN MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI ANGKATAN 2020 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA. SAAT INI AKTIF SEBAGAI ANGGOTA DIVISI REDAKSI LPM PERSPEKTIF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?