Blitar, PERSPEKTIF – Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan setahun lebih menyebabkan kawasan wisata Makam Bung Karno di Blitar sepi pengunjung. Sepinya pengunjung turut memengaruhi kondisi perekonomian masyarakat sekitar yang sebagian besar menggantungkan hidup pada sektor pariwisata Makam Bung Karno.
Lokasi ini sering kali dikunjungi oleh masyarakat, baik dalam maupun luar kota, untuk sekedar berziarah ke makam Sang Proklamator atau membaca buku di perpustakaan. Banyaknya pengunjung yang berdatangan membuat masyarakat sekitar memanfaatkannya untuk berjualan sebagai mata pencaharian.
“Iya, selama pandemi sepi sekali. Apalagi ditambah bulan puasa, makin sepi,” ujar Evi, salah satu pedagang baju dan suvenir khas Blitar (26/4).
Tak hanya dirasakan oleh pedagang baju dan suvenir saja, melainkan penjual bunga untuk berziarah ke Makam Bung Karno pun merasakan hal yang sama.
Seperti saat ditemui di sekitar tempat wisata, Kustiningsih, salah satu penjual bunga, mengatakan bahwa pendapatannya menurun drastis selama pandemi.
“Biasanya sehari bisa dapat Rp 75 ribu. Tetapi karena pandemi seperti ini jadi nggak tentu. Hari ini saja cuma dapat Rp 5 ribu,” kata Kustiningsih (26/4).
Dalam hal ini, Pemerintah Kota Blitar sendiri belum melakukan langkah serius terkait menurunnya pendapatan masyarakat di kawasan wisata Makam Bung Karno.
“Tidak ada. Pemerintah tidak ada tindakan apapun karena pandemi ini memang berdampak pada semua sektor,” ungkap pedagang baju khas Blitar tersebut.
Evi dan Kustiningsih mengatakan bahwa selama pandemi ini, mereka tetap menegakkan protokol kesehatan dengan memakai masker dan menggunakan hand sanitizer secara berkala. Bahkan setiap hari, ada petugas yang berpatroli dalam mengawasi penerapan protokol kesehatan di kawasan wisata.
“Harapannya semoga pandemi cepat berlalu, sehingga tempat wisata kembali ramai seperti dahulu kala. Pendapatannya juga semoga kembali naik,” ucap Evi sebagai bentuk perwakilan harapan dari masyarakat sekitar mengenai perekonomian masyarakat di kawasan Makam Bung karno. (ars/ais)