Lompat ke konten

UB Peroleh Dana Penelitian Terbesar Kategori Non PTN-BH

Bundaran air mancur dengan latar gedung rektorat UB. (PERSPEKTIF/Salma)

Malang, PERSPEKTIF Universitas Brawijaya (UB) kembali memperoleh dana hibah penelitian terbesar kategori perguruan tinggi non PTN-BH dari Kementerian Riset Teknologi (Kemenristek), dengan nilai mencapai Rp11,98 miliar. Dana tersebut diprioritaskan untuk riset terkait penanggulangan dan penanganan Covid-19. Selanjutnya menyusul ke arah sembilan bidang fokus Prioritas Riset Nasional (PRN); meliputi pangan, energi, kesehatan obat, transportasi, produk rekayasa keteknikan, pertahanan dan keamanan, kemaritiman, sosial humaniora, serta multidisiplin dan lintas sektor.

Dalam wawancara virtual melalui Zoom Meeting (9/3), Asep Awaludin Prihanto selaku Ketua Kelompok Jabatan Fungsional (KKJF) Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) UB menuturkan bahwa jumlah tersebut adalah lumrah. Beberapa tahun terakhir, UB secara konsisten mendapatkan hibah tertinggi kategori perguruan tinggi non PTN-BH.

“Saya kira UB sebenarnya lebih cocok jika dibandingkan dengan PTN-BH. Karena beberapa konsorsium universitas berbadan hukum itu kita mungkin satu-satunya universitas yang belum PTN-BH. Namun, untuk kegiatan riset, kita sudah mengikuti riset yang sekiranya untuk universitas PTN-BH,” terangnya.

Senada dengan Asep, Dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB, Muhammad Faishal Aminuddin, mengatakan bahwa sudah waktunya UB berkompetisi di level perguruan tinggi kategori PTN-BH.

“Kelasnya UB ini kalau dibandingkan secara umum, ya, sudah kelasnya PTN-BH. Jadi nggak kaget kalau dana hibah penelitian UB paling besar di antara universitas BLU (Badan Layanan Umum, red) lain di Indonesia,” ungkapnya dalam wawancara virtual melalui Zoom Meeting pada Selasa (16/3).

Ketika disinggung mengenai strategi, Asep memaparkan bahwa setiap tahun ada proses pelatihan pembuatan proposal. Selain itu, UB melalui LPPM menyediakan empat skema penelitian, yang disesuaikan dengan fokus Rencana Induk Penelitian (RIP)-UB 2021-2025. Empat skema tersebut mencakup Hibah Penelitian Pemula (HPP), Hibah Penelitian Unggulan (HPU), Hibah Penelitian Pengembangan Unggulan (HAPPU), dan Hibah Penelitian Kerja sama Internasional (HAPKI).

“HPP fungsinya untuk membina peneliti muda atau dosen muda yang baru masuk dan ingin mengenal penelitian. HPU untuk memperkuat RIP. Skema HAPPU fungsinya untuk menghilirisasi para civitas akademika atau peneliti-peneliti di UB yang mempunyai HAKI (Hak Kekayaan Intelektual, red) berupa produk saintek atau soshum. Kemudian HAPKI tujuannya dua. Pertama untuk tindak lanjut MoU (Memorandum of Understanding, red) UB dengan pihak universitas/lembaga luar negeri, kedua untuk teknisi peneliti-peneliti UB,” papar Asep. 

Asep juga menyebutkan bahwa tahun ini UB berencana untuk menambahkan satu skema tematik baru. Tujuannya sebagai bentuk tanggung jawab universitas dalam mendukung penanggulangan dan penanganan Covid-19.

“Kita berencana membuka tematik baru, Covid integrated research. Intinya kita mendorong penelitian-penelitian bertema Covid dari semua disiplin ilmu. Jadi ada yang bisa menganalisis, misalnya dari segi obat-obatan, kesehatan, psikologi, bahkan mungkin sistem pendidikan. Apakah selama Covid ini sistem online itu efisien atau tidak,” tambahnya. (sal/shf/ais)

(Visited 315 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?