Malang, PERSPEKTIF – Kegiatan tahunan Pemilihan Mahasiswa Raya (PEMIRA) Universitas Brawijaya (UB) 2020 melalui sistem yang berbeda pada tahun ini. Pemilihan kandidat Eksekutif Mahasiswa (EM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UB dilakukan melalui proses aklamasi akibat tidak terpenuhinya batas minimal kandidat untuk diadakan pemungutan suara. Saat ini, hanya ada sepasang calon EM dan 11 calon DPM sehingga memenuhi syarat disahkannya pemilihan secara aklamasi berdasarkan Undang-Undang PEMIRA.
Muhammad Arifin selaku Ketua Pelaksana PEMIRA UB 2020 menyatakan bahwa aklamasi merupakan bagian dari demokrasi dan tidak bertentangan dengan esensi demokrasi.
“Berkaitan dengan kurangnya kandidat EM dan DPM, kami sebagai panitia sudah mengusahakan yang terbaik demi jalannya rangkaian ini. Apabila jumlahnya tetap tidak memenuhi, sesuai UU PEMIRA akan dilaksanakan aklamasi. Calon yang telah ditetapkan sudah mumpuni dan telah melewati tahap registrasi,” jelasnya.
Untuk menghindari keputusan aklamasi agar tidak terulang kembali pada tahun berikutnya, Arifin mengajak para calon dalam proses PEMIRA untuk lebih taat dalam mengikuti setiap prosedur pencalonan agar tidak gugur lagi dalam tahap seleksi sehingga batas minimal calon pendaftar EM dan DPM dapat terpenuhi.
Salah satu calon tetap DPM tahun ini, M. Zaydan Musyaffa, menyatakan bahwa perlu dilihat kembali terkait bagaimana partisipasi mahasiswa dalam politik kampus. Meskipun begitu, proses aklamasi tetap dianggap memenuhi esensi demokrasi yang sah dan wajib ditaati karena memiliki dasar hukum yang jelas.
Berbeda pendapat, salah satu mahasiswa Ilmu Pemerintahan angkatan 2019, Maria Rosa, menyayangkan terjadinya aklamasi.
“Jujur, aku kurang sepakat karena kesannya tidak ada opsi lain, padahal aku yakin di UB ini banyak kandidat yang bisa dan mumpuni untuk mencalonkan diri di PEMIRA. Terkait PEMIRA, pandanganku saat ini kesalahan terletak di panitia. Dalam pelaksanaannya, PEMIRA tahun ini kurang bisa berjalan dengan baik, ketika Daftar Calon Sementara (DCS) dan Daftar Calon Tetap (DCT) nya itu sama sehingga perlu dipertanyakan,” ujarnya. (alv/grt/rns)