Lompat ke konten

Mahasiswa Kurang Peduli, Sampah di FISIP jadi Masalah Harian

Pengingat - Hiasan di dinding kantin FISIP UB yang mengingatkan tentang Reduce, Reuse, Recycle (Perspektif/Sara)

Malang, PERSPEKTIFSampah yang mengotori Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) masih menjadi masalah setiap harinya. FISIP yang akhir-akhir ini melakukan serangkaian pembenahan untuk menambah kesan estetika dan fungsional tak diikuti dengan perilaku mahasiswanya. Bisa dijumpai sampah bekas makanan dan puntung rokok bertebaran di sekitar lingkungan FISIP, terutama di kantin. Wakil Dekan (WD) III bidang Kemahasiswaan, Akhmad Muwafik Saleh, menyebutkan bahwa belum ada kepedulian dari mahasiswa.

“Kalau ada yang buang sampah sembarangan harusnya langsung diingatkan, tapi kita justru hilang kepedulian terhadap masalah seperti ini, dengan alasan bahwa itu urusan pribadi,” ujar Muwafik, saat ditemui awak Perspektif (25/11).

Muwafik menambahkan bahwa berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya dengan menggandeng Lembaga Kedaulatan Mahasiswa (LKM) Kompas yang melakukan kampanye bersifat sarkastis maupun persuasif. Ia juga mengatakan bahwa ada tindakan untuk membiarkan sampah tidak dibersihkan dengan asumsi mahasiswa akan merasa jijik, tetapi sayangnya mahasiswa tetap membuat kotor.

Sofyan Suri selaku Koordinator Cleaning Service FISIP mengeluhkan bahwa pihaknya tidak bisa bekerja maksimal karena tidak adanya dukungan dari mahasiswa. Ia mengaku, dirinya takut jika ia menegur mahasiswa maka ia akan dilaporkan.

”Saya minta tolong kerjasama mahasiswa, jadi kami tolong dihargai juga. Tolong sama-sama dijaga kebersihan di FISIP,” ungkap Sofyan.

Agung Zakaria, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018 menyayangkan tingkat kesadaran mahasiswa yang sangat rendah jika dilihat dari bekas-bekas botol minum maupun bekas jajan yang ada di dalam kelas. Ia juga berharap agar dekanat lebih tegas dalam penanganan sampah. Menurutnya, selama ini upaya yang dilakukan dekanat masih belum terasa.

“Peran dekanat masih sangat kurang. Juga relevan apabila memberi sanksi, tapi tentu perlu banyak pertimbangan. Banyak pihak yang kesadaran akan kebersihan lingkungannya masih sangat rendah. Kepada dekanat mohon dibuat sistem yang jelas agar sampah ini bisa diatasi,” tutup Agung. (sar/dat)

(Visited 465 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?