MALANG, PERSPEKTIF – Tracer Study, atau pemetaan pendapat alumni dalam hal pencarian kerja dan implementasi kompetensi selama masa perkuliahan, di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) tahun 2018 menunjukkan sejumlah evaluasi. Salah satunya adalah responsivitas alumni yang dinilai lambat. Permasalahan ini juga menjadi penyebab kurang maksimalnya pemetaan yang dilakukan.
Akhmad Muwafik Saleh, Wakil Dekan (WD) III bidang Kemahasiswaan FISIP UB, menyatakan bahwa alumni masih belum memenuhi harapan, secara khusus dalam pendekatan secara kemahasiswaan. “Rata-rata alumni yang datang hanya sedikit, yaitu sekitar lima belas sampai tiga puluh orang. Padahal informasi sudah kami sampaikan di grup-grup alumni, ” ujar Muwafik.
Hingga saat ini, fokus pemetaan untuk Tracer Study di FISIP UB masih dilakukan untuk angkatan 2008-2013. Hal ini, menurut Muwafik, dilakukan karena sulitnya mendapatkan respons dari mahasiswa. “Dulu, persebaran formulir tracer study ini dilakukan secara manual, yaitu hanya melalui email secara langsung kepada alumni. Mungkin, ada alumni yang tidak membukanya,” terangnya saat ditemui awak Perspektif.
Selain alumni yang dinilai kurang responsif dalam Tracer Study ini, permasalahan mendasar yang ditemukan juga berasal dari kurangnya sumber daya di bidang Kemahasiswaan FISIP UB yang mengurusi pemetaan tersebut. “Saat ini sumber daya manusia di bidang Kemahasiswaan hanya ada empat orang, padahal pekerjaan kami banyak,” ujar Muwafik.
Ditemui terpisah, M. Taufan Nurichsan selaku staf Kemahasiswaan FISIP UB, membenarkan hal tersebut. Ia menyatakan bahwa Tracer Study belum menjadi pekerjaan yang dilakukan secara khusus oleh bidang Kemahasiswaan. “Seharusnya itu (Tracer Study, red.) dilakukan secara khusus agar dapat berjalan. Saat ini kami masih bagi-bagi untuk pekerjaan tersebut. Hanya ada saya dan satu staf kemahasiswaan lain yang memegang Tracer Study,” akunya.
Sementara itu, mengenai sosialisasi program Tracer Study ini kepada mahasiswa, salah satu mahasiswa Ilmu Pemerintah 2017 Riki Setiawan mengaku bahwa dirinya tidak paham akan istilah Tracer Study. “Saya tidak tahu jika pemetaan alumni di sini disebut Tracer Study,” ujarnya.
Hal itu diamini oleh Millatul Cholidah yang berpendapat bahwa program pemetaan ini perlu disosialisasikan lebih lanjut. “Tracer Study seharusnya disosialisasikan bahkan sebelum mahasiswa lulus agar dapat melihat dan mencari peluang kerja yang ada,” kata mahasiswi Ilmu Komunikasi 2018 itu. (sar/jab/pch)