Lompat ke konten

Mahasiswa Keluhkan Fasilitas Kelas FISIP UB

KELAS – Kondisi salah satu kelas di FISIP UB (PERSPEKTIF/Alfanita)

Malang, PERSPEKTIF Kerusakan fasilitas kelas yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) menuai kritikan dari mahasiswa. Kerusakan pada fasilitas penunjang kegiatan perkuliahan tersebut berpotensi mengganggu proses perkuliahan terlebih ketika kerusakan tidak segera diperbaiki.

Salah satu keluhan ini disampaikan oleh Maria Vania, mahasiswa jurusan Psikologi 2018. “Kadang kursinya agak goyang-goyang, sudah mau jatuh,” ujarnya. Maria merasa bahwa kerusakan yang terjadi pada kursi harus segera diperbaiki karena akan membahayakan mahasiswa jika terus dibiarkan, mengingat kursi-kursi ini digunakan mahasiswa dari pagi hingga malam. Selain kerusakan pada kursi, ia juga mengeluhkan proyektor yang pernah tidak bisa digunakan karena kehabisan daya.

Keluhan terkait kondisi proyektor juga disampaikan oleh Aprilia Sulistianingrum, mahasiswa Hubungan Internasional 2013. Aprilia mengeluhkan proyektor yang seringkali mengalami gangguan pada warna yang dihasilkan. Menurutnya hal tersebut bisa mengganggu penglihatan. “Kalau proyektor terganggu, bacanya jadi gak jelas,” terangnya.

Selain proyektor, Aprilia juga menyebutkan jika di kelas yang lebih sering digunakan adalah kipas angin dibanding Air Conditioner (AC) yang sudah ada. Padahal menurutnya, penggunaan kipas angin sendiri cukup berisik.

Menanggapi hal tersebut Rosana Sari selaku Staff Pengadaan FISIP UB menjelaskan bahwa pengecekan fasilitas kelas telah dilakukan setiap minggu. Ia juga menuturkan jika ada kerusakan fasilitas akan langsung dilaporkan ke Bagian Perlengkapan. Rosana mengaku bahwa tidak mudah untuk mengganti fasilitas terlebih di institusi milik Pemerintah karena tiap fasilitas memiliki umur masing-masing. “Di institusi pemerintah, kalau ada barang rusak mau diganti harus diperiksa dulu ini usianya sudah berapa tahun. Kalau masih belum (red – usia pergantian fasilitas), belum bisa diganti,” jelasnya.

Selain prosedur yang susah, Rosana juga menjelaskan alasan yang menghambat penggantian fasilitas-fasilitas ini, khususnya kursi, adalah gudang yang sudah penuh. Hal ini membuat tidak ada lagi tempat untuk menyimpan barang-barang yang sudah tidak digunakan apabila barang tersebut diganti dengan yang baru. “Untuk kursi saya sendiri juga tahu kondisinya, karena itupun juga terkendala ini, kalaupun nanti kita beli gudangnya kita penuh,” jelasnya.

Selanjutnya, Rosana menjelaskan bahwa yang bisa dilakukan saat ini adalah dengan memperbaiki fasilitas yang rusak semaksimal mungkin, “Jadi sementara ini yang bisa kita lakukan adalah yang masih bisa diperbaiki kita perbaiki dulu,” tutupnya. (cov/alf/wnd)

(Visited 911 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?