Malang, PERSPEKTIF – Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) telah usai pada siang (7/12) kemarin. Namun berjalannya proses pemilihan umum pada Pemira FISIP 2017 diwarnai berbagai kejadian.
Meywati Hasna Adilah, mahasiswa Ilmu Politik 2015, menyebutkan beberapa keanehan terjadi pada kinerja panitia Pemira 2017. Seperti registrasi untuk pemilih yang ingin memilih calon Presiden dan Wakil Presiden BEM serta calon Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FISIP UB 2018, yang dianggap terlalu rumit sehingga membuat pemilih menunggu lama.
“Perubahan registrasi yang tadinya jalur pintu masuk sama dan ada ruang tunggu, jadinya sebelah kiri untuk registrasi nomor terus dikasih nomor di sini, kemudian harus balik ke belakang untuk ngantre buat nyoblos. Itupun harus antre buat naruh tas dan dipanggil, antreannya acak, jadi langsung masuk-masuk aja,” keluhnya.
Pihak panitia Pemira FISIP 2017 kemudian mengubah alur registrasi dengan mengelompokkannya per-jurusan, ini dilakukan karena alur registrasi sebelumnya memperlambat jalannya pemilihan.
Hal ini berimbas pada berlangsungnya proses pemungutan suara calon Presiden dan Wakil Presiden BEM serta DPM FISIP UB hingga sekitar pukul 12.38 WIB, siang (7/12) kemarin.
Menanggapi hal tersebut, Luna Prabowo, mengungkapkan bahwa memang terjadi penumpukkan antrian, sehingga panitia membuat dua baris per-jurusan agar efektif.
Luna, ketua panitia pelaksana Pemira FISIP UB 2017 menambahkan harapannya untuk Pemira tahun depan karena berkaca dari Pemira tahun ini, ia berharap bisa diganti dengan sistem electronic-vote agar lebih efektif dan efisien.
“Soalnya kita juga dikasih timezone yang mepet sesuai Undang-Undang (UU) itu 1 bulan dan dalam waktu seminggu itu udah kita launching sosialisasi dan macam-macam. Untuk kedepannya Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) yang tahun depan merevisi UU agar open recruitment panitia Pemira dapat diperpanjang,” pungkasnya. (nwm/lta)