Oleh: Anatasia Anjani*
Kali ini bukan iman saja yang diuji
Akal juga diuji,
Simpang siur nyatanya, yang berbicara di barisan paling depan
Mengelu-elukan bahwa apa yang diyakini yang terbaik
Memalingkan rasa kesatuan dan persatuan
Aku paling benar pokoknya, katanya dalam hati
Pikiranku semakin diuji, kali ini aku harus jeli
Tapi kejelian ini membuatku ingin tertawa
Yang mengolok-olok yang jadi duta
Yang mencintai dilupakan dan tidak diapresiasi
Aku rindu, rindu saat dimana
Keyakinan didalam diri ini bukan menjadi alat lagi,
Aku rindu ketika aku dulu yang masih cengok ini tidak disajikan komen sok membela negeri
Hanya untaian kata-kata palsu tanpa tindakan nyata
Rupanya aku sudah mulai tua
Semakin lama pancaku semakin diragukan
Aku kira pluralis, ternyata masih etnosentris
Aku ingin lahir kembali
Biarlah orang-orang mulai mencintai lima silaku dari awal kembali
Tanpa meragukanku, cukup mengamalkanku.
*Penulis merupakan mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Saat ini sedang aktif sebagai anggota divisi sastra LPM Perspektif.