Lompat ke konten

Pengadaan Kipas Angin Dinilai Kurang Efektif

Terpasang – Tampak kipas angin yang terpasang pada salah satu kelas di FISIP
Terpasang – Tampak kipas angin yang terpasang pada salah satu kelas di FISIP

Malang, PERSPEKTIF Pada tanggal 30 November 2016, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB), melakukan pengadaan barang elektronik layanan pendidikan, seperti yang tertera pada rilis berita acara hasil pengadaan langsung, yang dapat dikunjungi pada laman, Perencanaan.fisip.ub.ac.id.

Fitria Oktarina Kurniawati, Pejabat Bagian Pengadaan FISIP, saat ditemui awak PERSPEKTIF di ruangannya, pada Selasa, (17/1). Mengemukakan bahwa, anggaran yang dipakai untuk melakukan pengadaan barang elektronik tersebut, berasal dari dana pagu FISIP.

“Untuk anggaran, biasanya kita sudah ada sekian, maksimal sekian itu, kita katakan nilainya 200 juta, tapi berbagai item, tidak hanya kipas angin, LCD (Liquid Crystal Display) misalkan, televisi untuk ruang ujian misalkan. Jadi kita paketkan,” tuturnya

Fitria menerangkan, untuk pengadaan salah satu item barang elektronik, yakni kipas angin, hal tersebut dikarenakan saat ini FISIP sedang mengalami krisis listrik, sebab pasokan listrik dari kantor pusat tak sebanding dengan daya yang digunakan oleh FISIP. Maka dengan menggunakan kipas angin, daya yang digunakan lebih kecil daripada menggunakan pendingin ruangan.

Menanggapi hal tersebut Fravista Ayu Detia, mahasiswi Hubungan Internasional, merasa bingung dengan pengadaan kipas angin yang ditempatkan di tiap kelas, sebab sudah terpasang pendingin ruangan sebelumnya.

“Saya awalnya heran kenapa tiba-tiba ada dua kipas angin di kelas, padahal sudah ada pendingin ruangan. Saya kira, itu karena pendingin ruangannya rusak dan kipas angin itu untuk sementara,” ungkapnya, pada (17/1).

Ia merasa, jika harus mengadakan kipas angin, akan lebih baik anggaran tersebut dipakai untuk memperbaiki kondisi pendingin ruangan. “Daripada untuk membeli kipas angin, lebih baik untuk membeli freon pendingin ruangan atau memperbaikinya,” tutur mahasiswi angkatan 2014 tersebut.

Fravista memandang bahwa pengadaan fasilitas di FISIP, kurang efektif, karena menurutnya sebagai mahasiswa, fasilitas tersebut cenderung tidak dibutuhkan.

“Menurut saya sebagai mahasiswa, pengadaan fasilitas FISIP kurang sesuai dan cenderung tidak dibutuhkan. Saya melihat wallpaper ruangan malah menghambur-hamburkan uang karena banyak dicoret dan dirusak mahasiswa. Papan tulis juga ketinggalan jaman, dan kipas angin, yang menurut saya paling tidak sesuai,” ujarnya.

Senada dengan Fravista, Claudy Clara, mahasiswi Psikologi, menyatakan bahwa, semenjak jendela di tiap-tiap kelas saat ini tidak bisa dibuka, maka, ia merasa mengganti pendingin ruangan dengan kipas angin dirasa tidak perlu.

“Jadi apa ya, duitnya kebuang untuk beli kipas angin tapi jendelanya dipakuin, beli kipas angin, tapi pasang pendingin ruangan,” jelas mahasiswi angkatan 2015 tersebut, pada (21/1).

Shofi Syaiful Haqqi, Tim Teknis Pembantu Bagian Perencanaan FISIP UB, saat ditemui di ruangannya pada (17/1). Mengungkapkan, mengenai besaran anggaran yang dikeluarkan untuk pengadaan kipas angin tersebut.

“Sekitar 2 jutaan termasuk instalasi. 1,9 juta sudah termasuk instalasi. Terdapat di 30 kelas, kipas angin sudah ada 60 dengan yang di lantai 7 gedung A, yang buat kelas,” ungkapnya

Untuk mengatasi masalah krisis listrik yang sedang dialami, Fitria menuturkan, FISIP akan membuat trafo baru untuk menambah daya listrik khusus lingkup FISIP saja, karena daya yang disediakan oleh kantor pusat tidak mencukupi kebutuhan.

“Jadi tidak lagi di kantor pusat (ketersediaan daya listrik, red.) karena memang listrik itu vital banget. Kalau listrik hidup-mati, nanti barang elektroniknya yang rusak,” pungkasnya.  (ank/wur/lta)

(Visited 430 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Iklan

E-Paper

Popular Posts

Apa yang kamu cari?